Cara Baru Milenial Memahami Pancasila Zaman Now

Tafsir-tafsir terhadap Pancasila perlu disebarluaskan ke media sosial agar semakin banyak generasi milenial yang membaca tafsir tersebut
Kamis, 31 Mei 2018 13:07 WIB Jurnalis - Ali Imron

SETIAP menjelang tanggal 1 Juni, diskusi tentang Pancasila kembali menyeruak ke ruang publik. Partanyaan mendasarnya adalah masih relevankah Pancasila diterapkan di era zaman now ? Selalu hal tersebut berulang setiap tahunnya. Memang tak dapat dipungkiri, pemahaman generasi milenal terhadap Pancasila makin menipis. Bisa jadi karena generasi milenial yang umumnya kelahiran tahun 1990 tidak mengalami masa-masa perjuangan atau era kolonial, masa dimana Pancasila ini dilahirkan. Karenanya tafsir Pancasila makin tidak terlihat gaungnya di kalangan generasi milenial.

Padahal sebagai ideologi bangsa, Pancasila sudah berusia 73 tahun. Selama kurun rentang waktu yang panjang tersebut Pancasila telah melewati berbagai jaman. Dimulai di masa Presiden Soekarno yang dikenal dengan Orde Lama, kemudian ke era Orde Baru di bawah Presiden Soeharto, era reformasi dan sekarang era internet atau digital yang melahirkan generasi baru yang melek dengan pengetahuan digital.

Praktis dengan pengalaman panjang tersebut Pancasila masih tetap kokoh sebagai ideologi bangsa. Namun bukan berarti tidak ada ancaman untuk Pancasila. Beberapa kali ancaman itu datang sesuai dengan eranya, mengusik kebhinekaan yang ada di Indonesia dengan gerakan-gerakan separatis yang hendak memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Yang paling mutakhir adalah paham radikal yang merongrong Pancasila sebagai ideologi negara. Paham ini melahirkan pemikiran radikal yang membawa paham baru dari luar untuk kemudian diterapkan di Indonesia. Tentu saja paham yang dibawa tersebut bukanlah hasil menggali dari kearifan bumi pertiwi. Lagipula gerakannya cenderung radikal sehingga kerap menimbulkan teror ketakutan di masyarakat.

Paham radikal tersebut masuk dengan gencar melalui internet. Mereka menyasar generasi milenial yang melek dengan teknologi digital. Berbagai kajian tentang paham radikal silih berganti datang menerpa generasi tersebut. Kajian yang provokatif dan menyebut bahwa Pancasila tidak sesuai dengan ajaran Islam karena buatan manusia. Paham-paham sesat itu terus menyerbu hingga kini. Mencari mangsa baru dari kalangan milenial yang dengan mudah disusupi paham-paham radikal tersebut.

Baca juga :