Nasionalisme Religius & Upaya Meneguhkan Persatuan Nasional

PDI Perjuangan sadar, Islam kebangsaan yang diusung Bung Karno harus tetap dinyalakan. Tradisi tersebut hingga saat ini tetap dirawat
Selasa, 11 September 2018 10:06 WIB Jurnalis - Nurfahmi Budi Prasetyo

BICARA Nasionalisme dan Islam di Indonesia, tak bisa terlepas dari pengaruh gagasan Presiden pertama Indonesia Bung Karno dalam melahirkan Pancasila.

Bung Karno mengakui dalam menggagas Pancasila, ada esensi ajaran Islam yang termaktub di dalam Sila-Sila-nya.

Gagasan besar Bung Karno mengawinkan Islam, Nasionalisme dan Marxisme adalah upaya untuk menyatukan aliran pemikiran politik di Indonesia saat itu untuk mencapai persatuan nasional.

Ada dua fase yang mempengaruhi gagasan besar Bung Karno membidani lahirnya Pancasila. Pemikiran dan cara pandangnya terhadap Islam tak bisa lepas saat ngekost di rumah tokoh besar kebangsaan dan Keislaman H.O.S Tjokroaminoto. Di fase pertama itulah, Bung Karno berkenalan dengan Islam dan pergerakan menuju kemerdekaan.

Fase kedua, saat Bung Karno kuliah di HBS Bandung (ITB). Pendidikan Sosialisme Demokrat dan Demokrat Radikal Belanda. Di Bandung, Bung Karno menemukan semangat lain, bukan hanya karena mendengar ceramah-ceramah orang-orang sosialis demokrat macam J.E. Stokvis dan C. Hartogh, tetapi juga karena mendapat siraman radikalisme dari tokoh-tokoh pergerakan Indische Partij, seperti Tjipto Mangkunkusumo dan Douwes Dekker.

Baca juga :