Politik Biadab Versus Politik Beradab di Kontestasi Pilkada

Karenanya menjalankan praktek politik beradab diperlukan moralitas dan integritas yang tinggi.
Selasa, 20 Maret 2018 15:08 WIB Jurnalis - Ali Imron

KONTESTASI 171 Pilkada 2018 saat ini tengah berlangsung. Di tengah keriuhan pesta demokrasi ada saja upaya oknum yang berusaha menciderai pesta tersebut dengan cara-cara yang biadab, kotor dan tidak santun. Suku, ras dan agama dijadikan bahan untuk saling memaki dan mencaci di ranah publik. Orang-orang yang dulunya dianggap cerdas bisa berubah menjadi sangat beringas, hanya demi untuk mendapatkan kekuasaan yang melenakan. Motifnya bisa beragam, mulai dari melanggengkan kekuasaan, politik dinasti, balas dendam karena sakit hati sampai kelompok kepentingan untuk mencari keuntungan.

Dominasi politik biadab tersebut membuat kotor ruang publik. Tidak ada lagi kesantunan dalam berpolitik melainkan berganti rupa menjadi caci-maki, fitnah keji, hingga merebaknya berbagai berita bohong, hoax yang kian merobohkan nalar kritis di dalam demokrasi. Agama yang harusnya diletakan pada posisi paling agung mendadak digunakan untuk kepentingan politik yang tidak jujur dan justru menciptakan petaka berkepanjangan.

Filsuf Jerman Jurgen Habermas dalam bukunya yang berjudul Theorie des kommunikativen Handelns: Zur Kritik der funktionalistischen Vernunft menguraikan pandangannya dengan jelas. Jurgan menyebut bahwa saat ini dunia kehidupan manusia (Lebenswelt) sedang mengalami penjajahan akibat sistem yang sudah dibuat dibuat. Dunia kehidupan manusia adalah tempat untuk pembentukan identitas dan jati diri manusia. Sedangkan sistem merupakan bagian yang menjalankan fungsi-fungsi praktis kehidupan bersama.

Namun yang terjadi saat ini adalah para politisi biadab itu menjadikan agama sebagai sistem untuk menjajah dunia kehidupan (Kolonisierung der Lebenswelt). Karenanya agama sudah berubah menjadi organisasi politik yang tidak lagi meneduhkan dan menyemai kedamaian serta kebijaksanaan, melainkan menjadi alat propaganda untuk menyebarkan kebohongan, kebencian dan perpecahan.

Selain agama, ada lagi isu yang tidak kalah pentingnya yang juga ikut merangsek ke ruang publik, yaitu isu ekonomi. Habermas dalam bukunya Strukturwandel der ffentlichkeit: Untersuchungen zu einer Kategorie der brgerlichen Gesellschaft menguraikan bagaimana kehidupan manusia yang sudah dijajah dengan kepentingan ekonomi dapat mempengaruhi akal budi untuk mencapai kepentingan ekonomi jangka pendek semata.

Baca juga :