Sanusi Batjo, Ulama Keindonesiaan Nan Bersahaja 

Oleh: Prof. Dr. H. Hamka Haq, MA, Ketua DPP PDI Perjuangan, Ketua Umum PP Baitul Muslimin Indonesia (BAMUSI).
Senin, 21 Juni 2021 13:30 WIB Jurnalis - Elva Nurrul Prastiwi

Jakarta, Gesuri.id - Ketika masih duduk di SMP di tahun 1966, masyarakat di desa kami Lompo Tengah Tanete Riaja Barru, mengadakan acara maulid. H. Jauharuddin, camat yang kharsmatik itu memberi kata sambutan. Ia menguutip ceramah seorang ulama yang baru pulang dari Mesir, namanya Ustadz Sanusi Baco Lc. Itulah untuk pertama kalinya, penulis dengar nama AGH Sanusi Baco (untuk seterusnya disingkat Gurutta Sanusi).

Di kampung kami masa itu, masyarakat sering mengundang penceramah dari luar. Waktu itu, suasana kompetisi antara Nahdhiyin (NU) dan Muhammadiyah sedang hangat-hangatnya, tapi tidak menimbulkan gejolak negative karena hubungan keluarga sangat kuat. Silih berganti antara NU dan Muhammadiyah mengundang penceramah. Dari Muhammadiyah, muballigh yang biasa diundang ialah AGH Kol. Makmur Ali, Ust. Tahir Hasan, dan Ust. Aziz Ishaq.

Sementara warga NU sering mendatangkan Rais Syuriah Kabupaten, AGH Badaruddin Amin. Pernah juga mengundang dua ulama dari Makassar, yakni AGH. Murasalin Saleh dan Gurutta Sanusi. Saat itulah, untuk pertama kalinya penulis menyaksikan langsung sosok beliau yang bersahaja, tidak bersorban, tidak pula bergamis. Ia tampak rapi mengenakan sapari dan peci hitam.

Setamat PGA 6 tahun (Aliyah) tahun 1971 dari Pesantren Al-Tauafiq Barru, penulis diantar oleh Ust. Hasanuddin, teman ayah, mendaftar di Fakultas Adab IAIN Alauddin Makassar. Aktiftas Fakultas diawali dengan masa perkenalan almamater, dahulu namanya pelonco. Kami disuruh mencari kediaman dosen-dosen IAIN Alauddin, meminta tanda tangannya sebagai awal pengenalan.

Salah satu adalah kediaman Gurutta Sanusi, masih di samping Masjid Raya Lama (sebelm direnovasi). Beliau menerima kami dan minta membaca kaver salah satu kitab yang tersusun di Rak bukunya. Penulis membaca Al-Tafsir al-Hadits, lalu ditanya apa artinya, penulis langsung jawab: Tafsir Hadits, beliau tersenyum, tapi tidak juga menyalahkan, padahal arti sebenarnya ialah Tafsir Moderen.

Baca juga :