Haul Bung Karno ke-51, Warisi Apinya Jangan Abunya

Meski ucapan tersebut telah berusia puluhan tahun, namun kandungan pesannya serta kobaran api perjuangan tidak dapat disebut “kadaluwarsa”.
Kamis, 24 Juni 2021 15:30 WIB Jurnalis - Elva Nurrul Prastiwi

Semarang, Gesuri.id - Tahun ini 51 tahun lalu, Putra Sang Fajar, Bung Karno, Presiden Pertama Republik Indonesia menghembuskan nafas terakhir pada 21 Juni 1970 di usia 69 tahun. Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto menjadi saksi bisu detik-detik terakhir kehidupan Sang Proklamator.

Baca:Puan Maharani Capres 2024 Resmi Diusung PDI Perjuangan Jatim

Bung Karno wafat akibat mengidap komplikasi ginjal peradangan otak, jantung, dan tekanan darah tinggi sejak lama. Dalam buku berjudul IR. Soekarno karya Wahjudi Djaja, tertulis bahwa sakit yang diderita Bung Karno sejak Agustus 1965 semakin parah.

Akhir hidup Bung Karno dihabiskan dengan kesendirian di Wisma Yaso (sekarang Museum Satria Mandala) dengan status tahanan oleh Rezim Orba. Pengamanan terhadap Sang Proklamator diperketat. Alat sadap dipasang di setiap sudut rumah dan tak ada seorang pun yang boleh menjenguknya. Anak-anaknya hanya diizinkan menjenguk dengan waktu terbatas.

Kondisi setiap hari Bung Karno semakin memburuk, kesadarannya pun menurun pada Sabtu, 20 Juni 1970, pukul 20.30 WIB, dan mengalami koma keesokan harinya. Dokter Mahar Mardjono kemudian menghubungi anak-anak Sang Putra Fajar dan menyuruh mereka datang. Tampak Guntur, Megawati, Sukmawati, Guruh, dan Rachmawati hadir di rumah sakit pada hari Minggu, 21 Juni 1970 pukul 06.30 WIB.

Baca juga :