Jakarta, Gesuri.id - Ketika banjir merendam rumah, sawah, dan harapan, Aceh Tamiang sempat terdiam dalam duka. Selama hampir sebulan, masyarakat bertahan di tengah keterbatasan, berjuang melawan penyakit pascabanjir yang perlahan menggerogoti kondisi fisik dan mental warga. Di saat itulah kemanusiaan datang mengetuk pintu-pintu desa.
Hari ini, dengan langkah berat dan mata yang berkaca-kaca setelah 14 hari mengabdi, Tim Medis Rumah Sakit Apung Malahayati PDI Perjuangan bersama Tim Kesehatan DPP PDI Perjuangan mengakhiri tugas kemanusiaan mereka dan kembali ke Jakarta. Kepulangan itu bukan sekadar perjalanan pulang, melainkan perpisahan yang penuh emosi bagi warga yang telah merasakan langsung kehadiran mereka.
Dipimpin Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Kesehatan, Ribka Tjiptaning, tim medis berkeliling dari kecamatan ke kecamatan, menyusuri desa-desa yang terdampak paling parah. Dengan peralatan seadanya dan waktu yang terbatas, mereka memberikan layanan kesehatan kepada ribuan warga, mulai dari balita, ibu hamil, hingga lansia yang rentan sakit pascabanjir.
Baca:GanjarPranowo Tegaskan Marsinah Lebih Layak
Di bawah terik matahari dan dinginnya malam, para tenaga medis tetap bertahan. Mereka mengobati infeksi kulit, gangguan pernapasan, diare, hingga trauma psikologis yang dialami warga akibat bencana. Lebih dari sekadar pengobatan, kehadiran mereka menjadi penguat mental bagi masyarakat yang nyaris putus asa.