Jubir Muda TPN Ganjar-Mahfud : Dibanding Capres Lain, Program 1 Keluarga Miskin 1 Sarjana Ganjar-Mahfud Paling Realistis

Program 1 Keluarga Miskin 1 Sarjana, Ganjar-Mahfud menjawab semua mimpi seorang ibu, semua orang tua dari keluarga miskin atau tidak mampu.
Senin, 20 November 2023 18:34 WIB Jurnalis - Haerandi

Jakarta, Gesuri.id - Program Satu Keluarga Miskin Satu Sarjana yang ada dalam dokumen Visi-Misi Ganjar Mahfud merupakan program paling konkret sekaligus paling realistis dari sisi anggaran dan capaian dalam memutus rantai kemiskinan, dibanding program pendidikan paslon capres-cawapres lainnya. Program pendidikan yang ada di paslon lain seperti pemberian makan siang gratis dinilai tidak realistis dan tidak mampu menjawab persoalan kemiskinan.

Melalui Program 1 Keluarga Miskin 1 Sarjana ini Mas Ganjar dan Pak Mahfud menjawab semua mimpi seorang ibu, semua orang tua yang berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu untuk dapat melihat anaknya menjadi sarjana. Ketika sang anak berhasil menjadi sarjana, kelak ia akan mampu memperbaiki kualitas hidupnya, keluarganya, dan mengangkat derajat serta martabat keluarganya, ujar Juru Bicara TPN Ganjar-Mahfud, Aris Setiawan Yodi dalam keterangan persnya, Senin (20/11).

Menurut Aris, ide terkait program 1 keluarga miskin 1 sarjana ini muncul atas refleksi dan pengalaman hidup Mas Ganjar sendiri yang terlahir dari keluarga yang sangat sederhana. Ia menjalani dan memahami betul, ketika ia berhasil menjadi sarjana pertama di keluarganya, ia memiliki kesempatan yang lebih baik untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya, sekaligus derajat dan martabat keluarganya.

Saya sangat sepakat jika program 1 keluarga miskin 1 sarjana ini dijadikan program prioritas, karena saya sangat relate (terkait) dan punya pengalaman terkait itu. Jujur saya adalah anak pertama dan juga sarjana pertama di keluarga inti saya, bahkan di keluarga besar saya. Saya lulus tahun 2016 dari Fisipol UGM. Tidak berselang lama di tahun 2017 saya diterima bekerja sebagai wartawan di salah satu media nasional dengan gaji hampir Rp 7 juta / bulan. Cukup jauh di atas UMR Jakarta saat itu yang ada di angka Rp 3,3 juta / bulan, tutur Aris.

Menjadi sarjana membuka peluang setiap orang mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, ayah saya yang lulusan SMA hanya bekerja di bengkel dan sampai saya lulus kuliah, gajinya paling tinggi Rp 3 juta / bulan, (di bawah UMR Jakarta) maka dia perlu berutang sana sini untuk membiaya kuliah saya. Setelah jadi sarjana, dan mendapatkan pekerjaan yang layak, saya bisa berbagi ke orang tua, bahkan dengan pekerjaan saat ini sebagai peneliti bisa membantu membiayai sekolah dan kuliah adik. Menjadi sarjana benar-benar konkret dan terbukti mampu memutus mata rantai kemiskinan, lanjutnya.

Baca juga :