Ikuti Kami

Kesehatan Masyarakat, Agenda yang Berkelanjutan & Konsisten

Oleh: E.Y. Wenny Astuti Achwan, Caleg DPR RI PDI Perjuangan untuk DPR RI, Dapil NTB 2

Kesehatan Masyarakat, Agenda yang Berkelanjutan & Konsisten
Oleh: E.Y. Wenny Astuti Achwan, Caleg DPR RI PDI Perjuangan untuk DPR RI, Dapil NTB 2

PADA tanggal 2 Agustus 2015, di Markas PBB, New York, 193 negara anggota PBB secara aklamasi mengadopsi dokumen yang berjudul "Transforming Our World: The 2030 Agenda for Sustainable Development." Pertemuan tersebut berhasil mengesahkan dokumen yang disebut dengan "Sustainable Development Goals" (SDGs), yang memuat 17 tujuan dan terbagi ke dalam 169 target untuk menjadikan kehidupan manusia menjadi lebih baik.

Area yang dicakup Agenda adalah orang, bumi, kemakmuran, perdamaian, dan kemitraan. Sejumlah 17 tujuan dan 169 target Agenda berusaha untuk membangun Tujuan Pembangunan Milenium yang populer disebut "Millenium Development Goals" (MDGs) dan menyelesaikan tujuan-tujuan yang tidak tercapai.

'Deklarasi' yang disepakati pada pertemuan Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York memiliki 53 poin. Poin 2 menetapkan tekad: "Atas nama rakyat yang kami layani, kami telah mengadopsi keputusan bersejarah tentang sasaran dan target universal dan transformasional yang komprehensif, berjangkauan luas dan berpusat pada rakyat. Kami berkomitmen untuk bekerja tanpa lelah dalam pelaksanaan penuh Agenda ini pada tahun 2030". 
Secara teori, ini luar biasa, menyiratkan sebuah pelangi dan "unicorn" untuk semua orang. Hal ini akan berulang secara ekstrem dan terus-menerus menunjukkan niat suci negara-negara berdaulat serta mengatakan bahwa masalah ini berlaku untuk setiap individu yang tinggal di planet ini. 

Adapun dari 17 tujuan SDGs 2030, empat diantaranya adalah agenda di sektor kesehatan yakni (1) Nol kelaparan: mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan. Hal ini merupakan langkah dalam memperbaiki gizi masyarakat, (2) Kesehatan yang baik: menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia, (3) Kesetaraan Gender: menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh wanita dan perempuan. Hal ini merupakan akses pelayanan kesehatan reproduksi dan Keluarga Berencana (KB), serta (4) Air bersih dan sanitasi: menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang berkelanjutan bagi semua orang.

Terlihat bahwa masalah kesehatan menjadi agenda yang cukup kompleks. Selain peran Negara tetap dibutuhkan, agenda kesehatan berpusat kepada rakyat dan berlaku untuk setiap orang. Inilah yang menjadi pengingat penting dalam merayakan Hari Kesehatan Nasional (HKN). 

Kesehatan Masyarakat yang Transdisipliner

Kesehatan Masyarakat (public health), menurut Profesor Winslow dari Universitas Yale (Leavel and Clark, 1958), berhubungan erat dengan pencegahan penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, serta efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk menjaga kesehatannya.

Secara ringkas Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat (American Medical Association/ AMA – 1948).

Karakteristik penting dari Kesehatan Masyarakat adalah sifatnya yang multidisipliner (MD) struktur, yang tercermin dalam lima bidang penekanan yang diperlukan dari semua program pelatihan terakreditasi di bidang kesehatan masyarakat: biostatistik, epidemiologi, ilmu kesehatan lingkungan, kebijakan dan manajemen kesehatan, serta ilmu perilaku dan sosial. Di sini kita dapat mengerti bahwa empat tujuan SDGs di atas termaktub dalam ruang lingkup Kesehatan Masyarakat yang bersifat multididipliner. Karakterisitik pendekatan MD ini biasanya dipahami sebagai kombinasi sekuensial atau tambahan ide atau metode yang diambil dari dua atau lebih disiplin atau bidang untuk mengatasi masalah. 

Namun demikian, empat tujuan SDGs mensyaratkan bauran lintas disiplin yang kompleks antara lain mendorong pertanian berkelanjutan, mendorong kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat, pemberdayaan wanita dan perempuan, serta pengelolaan air dan sanitasi yang berkelanjutan. Oleh karena itu pendekatan Kesejahteraan Masyarakat tidak cukup bersifat MD tetapi perlu pendalaman menjadi pendekatan Transdisipliner (TD).  Pendekatan TD tidak hanya memerlukan integrasi tetapi juga penciptaan yang secara fundamental baru, tentang kerangka kerja konseptual, hipotesis, dan strategi penelitian yang mensintesis beragam pendekatan dan akhirnya melampaui batas-batas disiplin yang sudah ada sebelumnya.

Ciri lain dari pendekatan TD yang membedakannya dari pendekatan lintas disiplin lainnya adalah penekanannya dalam menterjemahkan penemuan/ penelitian menjadi solusi praktis untuk masalah sosial, yang disebut sebagai masalah dunia kehidupan. Hal ini memenuhi tekad setiap negara dalam mencapai sasaran dan target universal dan transformasional yang komprehensif, berjangkauan luas dan berpusat pada rakyat. Inilah pelangi dan unicorn bagi semua insan di planet.

Keterlibatan Pemangku Kepentingan

Di bawah arahan Presiden Joko Widodo, Indonesia sangat serius dalam upaya mencapai indikator-indikator SDGs. Hal ini dimulai dengan diintegrasikannya 169 indikator SDGs ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2020-2040.

Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang diterbitkan pada 4 Juli 2017 menunjukkan konsistensi pemerintah untuk melembagakan agenda SDGs ke dalam program pembangunan nasional. Perpres tersebut menekankan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan, melalui empat platform partisipasi, yaitu pemerintah dan parlemen, filantropi dan bisnis, serta ormas, akademisi dan pakar dalam rangka menyukseskan pelaksanaan agenda SDGs.

Hal itu sesuai dengan empat fase dari inisiatif TD : Pengembangan, konseptualisasi, implementasi, dan translasi. Sebab inisiatif TD melibatkan proses yang integratif dan kreatif di mana para cendekiawan dan praktisi dari kedua disiplin akademik dan bidang non-akademik bekerja bersama untuk mengembangkan dan menggunakan konsep baru sehingga pendekatan metodologis itu mensintesis dan memperluas perspektif disiplin-spesifik, teori, metode, dan strategi translasional untuk menghasilkan solusi inovatif ke masalah saintifik dan sosial.

Mewujudkan Harapan Besar

Melalui uraian di atas dapat dipahami jika sudah seharusnya dunia kesehatan steril dari politisasi dalam bentuk apapun. Kampanye kesehatan tidak boleh dimanfaatkan untuk mengambil keuntungan politik. Alokasi APBN untuk bidang kesehatan sebesar 5 % dan alokasi APBD sebesar 10 % sudah seyogyanya dilaksanakan dengan konsisten. Pendidikan kesehatan masyarakat harus berfokus kepada pencegahan daripada pengobatan. Pola hidup sehat haruslah menjadi kebiasaan hidup. 
"Salus aegroti suprema lex." Keselamatan pasien adalah azas tertinggi. 

Kita semua bertekad untuk mewujudkan empat tujuan dalam agenda di sektor kesehatan dengan melaksanakan semua hal yaitu: pemberantasan kelaparan, pemberantasan ketidaksetaraan ras, pemberantasan kemiskinan, pemberantasan ketidaksetaraan gender, penghentian perang, pemberantasan penyakit menular dan tidak menular, menyelenggarakan satu set standar pendidikan untuk semua, penyediaan air bersih dan sanitasi untuk setiap orang, menyediakan pekerjaan yang layak untuk setiap pekerja, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, pertanian berkelanjutan, pengurangan penggunaan sumber daya alam yang tidak terbarukan, pengurangan emisi gas rumah kaca, meminimalisir banjir dan kejadian kekeringan di lokasi yang rentan di seluruh wilayah Negara kita.

"Salus populi suprema lex." Keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi. 

SELAMAT HARI KESEHATAN NASIONAL 12 NOVEMBER 2018

Quote