Ikuti Kami

Serangan Hoax di Kala Injury Time

Di era ini informasi menjadi salah satu kekuatan utama untuk menjatuhkan lawan

Serangan Hoax di Kala Injury Time
Cagub Sumut PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat

CAGUB Sumut bernomor urut dua Djarot Saiful Hidayat masygul. Dia mendapati bahwa dirinya menjadi korban hoax dari pihak yang tidak bertanggungjawab. Bagaimana tidak! Djarot mendapat laporan dari tim suksesnya bahwa beredar meme yang menyudutkan dirinya. Di dalam meme tersebut, tertulis Djarot tertangkap tangan tengah menyuap kades di Asahan. Bahkan Djarot sempat diamankan oleh warga karena kedapatan membagi-bagikan uang untuk mengamankan suara. Fotonya juga sangat meyakinkan.

Judul yang tertera di meme tersebut juga sangat menohok. Eramas Diyakini Menang Telak, Djarot Diduga Suap Para Kades di Asahan. Tentu saja itu adalah hoax terbaru yang dilancarkan oleh kubu sebelah di injury time. Usut punya usut, ternyata berita itu aslinya pernah dimuat di beberapa media online di tahun 2017.

Judul aslinya adalah Penolakan Djarot Dianggap Sebagai Politisasi Masjid. Munculnya berita tersebut karena Djarot sempat ditolak saat sholat Jumat di Masji Al Atiq Tebet DKI Jakarta karena merupakan bagian dari Ahok. Tentunya serangan terhadap Djarot ini tidak kali ini saja terjadi.

Sebelumnya Djarot juga diserang dengan isu orang Jawa yang mencari kerja di Sumatera Utara. Bahkan Djarot juga dinilai punya kemampuan untuk membuat e-KTP kilat sementara orang Sumut asli perlu waktu setahun untuk mengurus e-KTP tersebut. Djarot pun buru-buru melakukan klarifikasi atas berbagai serangan hoax yang beredar di media sosial tersebut. Melalui tim suksesnya, Djarot sudah melaporkan pengunggah sekaligus penyebar berita hoax tersebut ke polisi.

Memang, serangan hoax masih menjadi andalan pihak lawan untuk menjatuhkan kandidat yang terkuat. Mereka merasa kuatir, elektabilitas Djarot yang akhir-akhir ini menguat bisa mengancam posisi jagoan mereka masing-masing. Tak dapat dipungkiri jika Sumut memang sudah suka dengan sosok Djarot tersebut. Bukan karena alasan lain, Djarot dinilai punya prestasi yang sudah dibuktikan selama ini.

Selain itu, Djarot juga punya kemampuan lobi yang baik sehingga mampu merangkul semua golongan di Sumut dengan baik. Berkat Djarot golongan etnis yang tadinya berjalan sendiri-sendiri kini bisa bekerja sama untuk mewujudkan Sumut bersih bebas korupsi. Tak hanya itu, Djarot juga punya kedekatan yang kuat dengan Presiden Jokowi sehingga dengan kedekatan tersebut, diharapkan mampu meningkatkan percepatan pembangunan infrastruktur di Sumut.

Djarot tak sendiri. Cagub Gus Ipul dan pasangannya Cawagub Puti Guntur juga terkena serangan yang serupa. Tapi kali ini bukan hoax melainkan fatwa ulama bahwa memilih Khofifah adalah fardhu ain. Karuan saja ini cukup mempengaruhi arus massa pemilih di Jatim. Kedua kubu sama sama memiliki basis pendukung dari ulama dan kyai sepuh serta NU.

Urusan fardhu ain memang bikin pusing kepala. Sebagai umat, jika sang kyai sudah menyebut fardhu ain maka pengikutnya pasti akan memilih Khofifah. Jika tidak memilih tentu resiko ditanggung sampai akherat. Padahal ini tentunya salah kaprah jika disikapi dengan pikiran yang pendek. Apalagi baik Gus Ipul dan Khofifah bisa dibilang khatam untuk masalah keIslaman. Alias tidak ada yang perlu diragukan lagi.

Tapi kenapa bisa sampai terpecah belah begitu? Ya itulah serangan serangan di injury time. Waktu yang sangat pendek dan tersisa ini benar-benar dimanfaatkan oleh lawan untuk mencari pukulan menohok yang telak. Jika tepat sasaran tentu akan membuat sang target dalam hal ini Djarot dan Gus Ipul jatuh tersungkur. Tapi kalau tidak ya akan menjadi boomerang bagi lawan sendiri.

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri pernah menyebut hal ini sebagai eranya Post Truth. Di era ini informasi menjadi salah satu kekuatan utama untuk menjatuhkan lawan. Mereka berupaya dengan segala cara untuk menciptakan informasi dengan kebenarannya sendiri yang kemudian diviralkan sehingga membuat banyak masyarakat percaya.

Cara-cara inilah yang dipakai oleh Donald Trump, Presiden Amerika Serikat yang berhasil mengalahkan Hilarry Clinton sang kandidat utama. Kala itu, Trump berhasil mengusik sentimen rasis untuk tidak memilih Hilary dan berbalik memberikan dukungan besar kepada dirinya tersebut. Tentunya, tim sukses Trump lah yang meramu konten-konten hoax itu sehingga menjadi sebuah kebenaran.

Kalau sudah begini tentunya, publiklah yang harus terus dicerdaskan. Berbagai konten-konten hoax dan menyesatkan itu harus terus dilawan. Jangan dibiarkan begitu saja sebab akan menjadi bola salju yang terus membesar. Beruntung, timses Djrot dan Gus Ipul bekerja dengan baik langsung memberikan counter terhadap berbagai serangan hoax tersebut sehingga tidak jadi membesar.

Karena itu di sisa waktu ini, Djarot dan Gus Ipul harus terus mewaspadai serangan-serangan yang dapat mempengaruhi tingkat elektabilitas tersebut sambil tetap menyusup ke lawan agar bisa mendeteksi dini gerakan yang sedang mereka persiapkan.

Ali Imron H, M I Kom
Dosen Komunikasi

Quote