Ikuti Kami
Kamis, 20 Desember 2018 17:17 WIB
Kamis, 20 Desember 2018 17:17 WIB
Kamis, 20 Desember 2018 17:17 WIB
Kamis, 20 Desember 2018 17:17 WIB
Kamis, 20 Desember 2018 17:17 WIB
Kamis, 20 Desember 2018 17:17 WIB
Kamis, 20 Desember 2018 17:17 WIB
Kamis, 20 Desember 2018 17:17 WIB
Kamis, 20 Desember 2018 17:17 WIB
Kamis, 20 Desember 2018 17:17 WIB
Kamis, 20 Desember 2018 17:17 WIB
Kamis, 20 Desember 2018 17:17 WIB
Kamis, 20 Desember 2018 17:17 WIB
Kamis, 20 Desember 2018 17:17 WIB
Kamis, 20 Desember 2018 17:17 WIB

Safari Kebangsaan Banten Bertemu Suku Baduy

Pesannya jangan memilih pemimpin yang represif. Pilihlah yang terus cari nilai kemanusiaan hidup. Itulah esensi dalam seluruh perjuangan.

ROMBONGAN Safari Politik Kebangsaan PDI Perjuangan IV, menyempatkan diri berkunjung ke Museum Multatuli di Rangkasbitung, Lebak, Banten, Kamis, (20/12), dalam sela-sela kegiatan safari sebelum melanjutkan perjalanan untuk betemu Suku Baduy.

Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, bersama Ketua Bidang Organisasi DPP PDI Perjuangan, Djarot Saiful Hidayat, menilik barang-barang bersejarah milik Edward Dowes Dekker, pemilik nama asli Multatuli. Di antaranya novel Max Havelaar edisi pertama yang masih berbahasa Perancis (1876), tegel bekas rumah Multatuli, lukisan wajah Multatuli, peta lama Lebak, arsip-arsip Multatuli, dan buku-buku lainnya.

Keduanya juga menyempatkan melihat surat Sukarno kepada sahabatnya, Samuel Koperberg. Surat Sukarno kepada Samuel Koperberg dikirim dari pembuangannya di Ende. Isi surat 27 September 1935 itu mengungkapkan kondisi Soekarno di tempat pembuangannya: sepi, jalanan berdebu dan hawa panas.

Usai mengitari keseluruhan area Museum Multatuli, Djarot menjelaskan, banyak yang dapat dipetik dari Multatuli. Terutama bagaimana Multatuli melihat potret kemiskinan dan melakukan perlawanan terhadap kolonialisme. Ia pun meyakini, Presiden Jokowi banyak terinspirasi oleh Multatuli.

"Bahwa apa yang dilakukan oleh pemerintah sekarang adalah melawan kemiskinan, hijrah dari kemiskinan ke kesenangan, kebodohan ke kepintaran. Indonesia pintar itu seperti itu. Saya yakin pak Jokowi juga diinspirasi oleh Mulatuli," tutur Djarot.

Djarot pun menyatakan bagaimana sosok pemimpin itu seharusnya.

"Seorang pemimpin harus peduli kepada rakyat miskin. Pemimpin harus merangkul bukan memukul. Harus berkata baik, jangan menggebrak meja. Harus timbulkan keteduhan dan optimisme bukan ketakutan dan represif," ucap Djarot.

Ucapan Djarot segera disambut oleh Hasto. Hasto mengatakan, jangan memilih sosok pemimpin yang represif, melainkan yang dapat perjuangankan nilai kemanusiaan.

"Pesannya jangan memilih pemimpin yang represif. Pilihlah yang terus cari nilai kemanusiaan hidup. Itulah esensi dalam seluruh perjuangan. Anti-kolonialisme, anti-penjajahan, anti-penghisapan, yang terinspirasi dari Pancasila," kata Hasto.