Ikuti Kami

Ini Makna Tahun Baru Islam 1440 H Menurut Faozan

Ketua PP Bamusi, Faozan Amar mengatakan peringatan Tahun Baru Islam 1440 H dapat dimaknai dengan dua cara.

Ini Makna Tahun Baru Islam 1440 H Menurut Faozan
Ketua Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia (PP Bamusi), Faozan Amar.

Jakarta, Gesuri.id - Ketua Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia (PP Bamusi), Faozan Amar mengatakan peringatan Tahun Baru Islam 1440 H dapat dimaknai dengan dua cara.

Pertama, sebagai peristiwa penting dalam agama Islam, yaitu tapak tilas perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah, baik secara fisik (pindah ke Madinah) maupun psikis (penegasan keyakinan akan ajaran Tuhan YME).

Baca: Bamusi Maknai Isra Mi'raj dengan Semangat Kebangsaan

Kedua, sebagai konsep hijrah (meninggalkan), yaitu sarana introspeksi diri meninggalkan keburukan menuju kebaikan.

“(Tahun Baru Islam ini) sarana muhasabah (introspeksi) diri, terhadap ucapan, pikiran dan tindakan apa yang telah diperbuat di tahun sebelumnya. Jika yang baik tentu kita pertahankan, jika yang tidak baik kita perbaiki. Sehingga kehidupan ke depan menjadi lebih baik,” kata Faozan kepada Gesuri.id, di Jakarta, Selasa(11/9).

Terkait dengan hal tersebut, Faozan menyampaikan momen Tahun Baru Islam dapat dijadikan refleksi atas masa lalu dan proyeksi atas masa depan.

“Masa lalu dijadikan pelajaran (i'tibar) dan pijakan. Sedangkan masa depan harus kita rancang dengan tekad dan perjuangan yang kuat untuk meraih prestasi terbaik,” jelasnya.

Adapun masa lalu yang harus ditinggalkan adalah sebagaimana situasi Kota Mekkah yang ditinggalkan Nabi Muhammad SAW menuju Madinah, yaitu penuh perselisihan antar suku, agama dan golongan sehingga membuat ketidakamanan.

“Masa lalu yang harus ditinggalkan adalah peperangan karena adanya perbedaan suku, agama, ras dan golongan. Sehingga kehidupan menjadi tidak aman,” kata Faozan.

Menurut Faozan, situasi itu relevan dengan kondisi politik Indonesia belakangan ini. Baginya, agar Indonesia dapat menyambut masa depan politik yang lebih baik maka mesti meninggalkan politik identitas.

Baca: Bamusi Minta Semua Pihak Jaga Suasana Kondusif

“Maka kalau Indonesia mau maju, harus merangkul semua golongan tanpa melihat SARA. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau sampai di Madinah, dengan mempersaudarakan kaum muhajirin (pendatang) dan kaum anshor (pribumi) melalui piagam Madinah,” ungkapnya.

Faozan mengajak umat Islam kembali meresapi ayat ke-13 dari surat Al Hujarat, bahwa di mata Tuhan derajat manusia itu sama, yang membedakan adalah takwanya.

Quote