Ikuti Kami

Kent Kehilangan Sosok Arswendo Atmowiloto

Hardiyanto Kenneth menilai sosok Arswendo menjadi insipirasi banyak orang.

Kent Kehilangan Sosok Arswendo Atmowiloto
Sejumlah kerabat dan anggota keluarga berdoa di dekat jenazah Sastrawan Arswendo Atmowiloto di Rumah Duka Petukangan Selatan, Jakarta, Jumat (19/7/2019). Arswendo meninggal dalam usia 70 tahun karena sakit kanker prostat.

Jakarta, Gesuri.id – Politisi muda PDI Perjuangan Hardiyanto Kenneth merasa kehilangan akan meninggalnya budayawan, penulis, sekaligus wartawan senior Arswendo Atmowiloto, Jumat (19/7).

Bagi Kent, dirinya mengenal sosok Arswendo seorang yang cerdas dan sangat jenaka. Karya-karya bapak tiga anak itu sangat menginspirasi anak-anak muda zaman sekarang, banyak karya bagusnya dijadikan film di Indonesia.

Baca: Seniman & Budayawan Bagian Terpenting Pelestarian Lingkungan

"Semoga amal beliau diterima Tuhan dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan, keikhlasan dan kesabaran. Karya-karya beliau sangat menginspirasi banyak orang. Kini hanya namamu yang tercoreh di karyamu. Selamat jalan Mas Wendo, Anda orang baik," kata Kent di Jakarta, Sabtu, (20/7).

Pria yang lolos di Pileg DPRD DKI Jakarta 2019 itu pun mengakui sejumlah karya-karya Arswendo Atmowiloto selalu dibacanya disaat masih kecil, seperti Majalah Bobo, Ananda, Kawanku, dan Si Kuntjung.

"Karya beliau selalu saya baca saat kecil, seperti Bobo, Si Kuntjung, Ananda, dan Dul Istimewa. Karya beliau menjadi panutan, isi cerita sangat bagus dan sangat menginspirasi hidup saya. Terima kasih Mas Wendo atas karya-karya mu yang sudah menemani kami di waktu kecil. Saya teringat dulu usai bermain layangan, kelereng, dan petak umpet dengan kawan-kawan saya selalu membaca majalah Bobo dengan kawan sepermainan,” papar Kent.

Arswendo Atmowiloto adalah seorang penulis dan wartawan Indonesia yang aktif di berbagai majalah dan surat kabar. Selain aktif di media, pria 70 tahun ini juga menulis cerpen, novel, naskah drama, dan skenario film.

Salah satu karya besarnya adalah Keluarga Cemara yang akhirnya diadaptasi menjadi serial drama keluarga dan di RCTI, serta film.

Baca: Murad Tegaskan Komitmen Perhatian Terhadap Seni dan Budaya

Selain Keluarga Cemara, karya Arswendo lainnya adalah Sang Pangeran (1975), Serangan Fajar (1982), Senopati Pamungkas, Canting, Khotbah di Penjara, Kisah Para Ratib, dan masih banyak karya sastra lainnya.

Penulis asal Surakarta tersebut meninggal dunia di usia 70 tahun. Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, diketahui Arswendo menjalani perawatan lantaran penyakit kanker prostat.

Quote