Ikuti Kami

Putri Ayu Anisya, Sudah Teruji Secara Ideologi

Peranan kaum milenial juga penting bagi regenerasi di PDI Perjuangan.

Putri Ayu Anisya, Sudah Teruji Secara Ideologi
Calon Anggota Legislatif (Caleg) PDI Perjuangan Putri Ayu Anisya.

Jakarta, Gesuri.id - Bagi sebuah partai politik yang berusia puluhan tahun, regenerasi menjadi hal penting, begitupun dengan PDI Perjuangan.

Karena itu, peranan kaum milenial juga penting bagi regenerasi di PDI Perjuangan. Namun, tentu bukan 'asal milenial' yang diharapkan dalam proses regenerasi ini. 

Milenial yang diharapkan menerima tongkat estafet kepemimpinan partai di masa depan adalah mereka yang secara ideologi sudah teruji. Karena sebagai Partai ideologis, loyalitas ideologi menjadi hal yang tak bisa ditawar bagi PDI Perjuangan. 
 
Salah satu dari generasi milenial yang sudah teruji itu adalah Putri Ayu Anisya (24). Alumni Universitas Trisakti ini telah tertempa secara idelogi ketika masih menjadi mahasiswa.

Ya, sejak mahasiswa Putri telah aktif sebagai kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), sebuah organisasi mahasiswa berazaskan Marhaenisme ajaran Bung Karno. Dan kini ia melabuhkan pilihan politiknya pada PDI Perjuangan.

Pengalaman organisasi di  GMNI yang memiliki irisan ideologi dengan PDI Perjuangan membuat Putri menjadi kader yang sudah teruji secara ideologi. 

Hal itu juga membuat Partai memberi amanat padanya untuk menjadi Calon Anggota Legislatif (Caleg) DPRD Kota Tangerang Selatan, mewakili Daerah Pemilihan (Dapil) Kecamatan Serpong dan Kecamatan Setu. 

Lalu, bagaimana visi perjuangan Putri kedepannya? Berikut cuplikan wawancara Gesuri dengan Putri di Jakarta, baru-baru ini: 

Bisa dijelaskan, awal mula Anda bergabung dengan PDI Perjuangan?

Dari kecil, saya sudah diberikan pemahaman mengenai nilai-nilai Pancasila. Baik itu nilai tentang keberagaman, Ketuhanan, demokrasi, kemanusiaan dan nilai-nilai lainnya yang sudah ditanamkan orang tua saya sejak dini. 

Seiring dengan bertambahnya usia, termasuk ketika menjadi mahasiwa, saya mulai berorganisasi dan belajar tentang situasi sosial dan politik. Dan saya pikir, hari ini partai yang konsisten memperjuangkan nilai-nilai Pancasila adalah PDI Perjuangan. 

Maka ketika saya memutuskan untuk terjun untuk berkiprah di bidang sosial dan politik, saya pikir satu-satunya wadah yang tepat bagi saya untuk memperjuangkan nilai-nilai yang menjadi pedoman saya adalah PDI Perjuangan. 

Ketika mahasiswa, Anda aktif di organisasi apa?

Saya aktif di Gerakan Mahasiwa Nasional Indonesia (GMNI). Keaktifan saya di GMNI berawal dari munculnya kesadaran akan keberagaman dalam lingkungan hidup saya. Kemudian, kesadaran akan keberagaman itu memotivasi saya untuk membaca buku-buku Soekarno. 

Dan ketika saya kuliah di Universitas Trisakti, karena saya suka baca buku-buku Soekarno dan berorganisasi sejak dulu, saya pun mendapat tawaran untuk bergabung dengan GMNI. Ketika saya di GMNI, saya pun mulai belajar tentang Marhaenisme, nasionalisme dan kontribusi Soekarno bagi bangsa ini.  

Saya pun terus aktif sebagai Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) GMNI Jakarta Barat. Saya membangun komisariat-komisariat GMNI di berbagai Universitas. 

Suatu hal yang tak ringan ditengah apatisme kebanyakan mahasiswa di Jakarta pada politik. Tapi perjuangan saya dan kawan-kawan tak sia-sia, sehingga DPC GMNI Jakarta Barat masih kokoh berdiri hingga kini.

Lalu ketika saya purna sebagai dari pimpinan GMNI Jakarta Barat, saya pun memutuskan untuk bergabung dengan Partai Politik, dalam hal ini PDI Perjuangan karena adanya kesamaan ideologi. 

Kini anda maju sebagai Caleg DPRD Kota Tangerang Selatan mewakili Dapil Kecamatan Serpong dan Setu. Mengapa anda maju dari Dapil itu?

Saya memang besar di Tangerang Selatan. Dahulu, tempat asal saya masih termasuk wilayah Kabupaten Tangerang, dan kini menjadi bagian Kota Tangerang Selatan setelah proses pemekaran wilayah. 

Memang saya lebih banyak menempuh pendidikan di Jakarta. Namun ketika saya memutuskan untuk berpolitik, saya berkeinginan untuk kembali ke daerah asal saya, yakni Tangerang Selatan. Bagi saya, ini merupakan pengabdian pada daerah kelahiran saya.

Apa visi anda bagi dapil anda?

Untuk menentukan visi dan misi itu tidak sembarangan. Guna memperjuangkan hak dan kepentingan warga di Dapil saya, saya tak ingin menjadi wakil rakyat yang kerjanya kurang optimal. 

Oleh sebab itu, saya harus menyelami apa yang menjadi permasalahan di kota Tangerang Selatan. Tentu butuh waktu untuk menganalisa hal tersebut, dan saya berusaha untuk mendapakan langsung informasi dari masyarakat mengenai segala permasalahan di kota dapil saya.

Sebelum saya menjadi Caleg, saya sudah turun ke masyarakat di Tangerang Selatan untuk mengetahui segala permasalahan yang mereka hadapi. Dari situ saya mengetahui bahwa ada berbagai macam persoalan di dapil saya, mulai dari persoalan lingkungan, pendidikan, kesehatan, dan kesenjangan sosial. Sehingga kelak setelah saya terpilih saya mengetahui apa yang akan saya kerjakan.

Sebagai contoh, untuk lingkungan, di dapil saya ada permasalahan pengelolaan sampah yang belum optimal. Sedangkan persoalan lain adalah masalah ketenagakerjaan. Saya harus lebih vokal menyuarakan tentang ekonomi mandiri dan lapangan pekerjaan yang memang harusnya disediakan baik oleh Pemerintah Daerah maupun pengembang-pengembang yang ada di dapil saya. 

Sedangkan untuk persoalan pendidikan, saya juga harus menyuarakan. Sebab sebagai warga yang baru purna dua tahun, saya tidak mau abai terhadap persoalan pendidikan ini. Apalagi saya aktif di gerakan mahasiswa.

Kebetulan di Tangerang Selatan, pendidikan sudah gratis. Tapi di sisi lain kita tak bisa memungkiri kalau ada realita seperti pungutan liar sebagai buah dari birokrasi yang jahil. Saya beranggapan, bila pungutan liar dibiarkan, berapa banyak anak-anak yang bisa putus sekolah. Maka, saya bertekad memerang pungutan liar ini.

Oleh sebab itu, saya membuat tagline bahwa saya hadir membawa perubahan. Saya berharap kehadiran saya nanti di DPRD Tangerang Selatan bukan hanya memenuhi kuota perempuan, tapi benar-benar dirasakan masyarakat. 

Sejauh ini apakah ada kendala untuk menghadirkan perubahan yang anda perjuangkan di Dapil anda?

Saya memang bertekad ingin memperbaiki kualitas demokrasi kita. Saya sendiri bersama kawan-kawan rutin menemui masyarakat setiap hari. 

Dan kendala yang saya alami adalah tingkat pragmatisme masyarakat yang tinggi. Ketika masyarakat bertemu Caleg, mereka umumnya beranggapan bertemu dengan orang yang punya kemampuan finansial besar.  

Padahal Caleg itu tidak selalu menunjukan dukungannya secara finansial. Fungsi Caleg yang sebenarnya adalah menampung aspirasi.

Inilah yang menjadi tantangan bagi kita. Bagaimana saya harus meyakinkan masyarakat untuk menitipkan aspirasinya pada saya, ditengah tingkat pragmatisme mereka yang tinggi. 

Sesuai dengan amanat Ketua Umum, agar setiap Caleg mengkampanyekan Jokowi-Ma'ruf Amin, apa yang sudah anda lakukan terkait itu?

Ya, faktanya, tidak jarang ketika saya bertemu masyarakat, mereka langsung simpati karena saya berasal dari PDI Perjuangan, partai tempat Pak Jokowi berasal. Hal itulah yang memudahkan saya mengenalkan diri pada masyarakat sekaligus memperkenalkan program-program Pak Jokowi. Karena memang pada prinsipnya masyarakat arus bawah punya simpati yang tinggi pada Pak Jokowi. 

Sehingga setiap saya kampanye, saya selalu merasakan aura kemenangan ketika masyarakat berseru 'jokowi sekali lagi'. Sebab mereka merasakan langsung dampak positif dari kinerja pemerintahan Presiden Jokowi. 

Meski saya tak mau menjadi caleg yang sekedar medompleng kesuksesan Pak Jokowi. 

Berarti, berdasarkan pengalaman anda, hoaks atau fitnah yang selama ini kerap menyerang Jokowi dan PDI Perjuangan tidak berdampak sama sekali di arus bawah?

Ya, untuk PDI Perjuangan yang kerap diserang hoaks, saya analogikan sebagai balon yang semakin ditekan semakin meledak. Itu yang saya temukan di masyarakat. Dukungan mereka pada PDI Perjuangan tetap besar.

Hoaks itu ternyata tidak berdampak besar bagi PDI Perjuangan. Masyarakat tidak berpaling dari PDI Perjuangan hanya karena hoaks.

Tentang Pak Jokowi, juga serupa. Hoaks tentang pak Jokowi, juga tak terlalu mempengaruhi masyarakat. Sebab mereka sudah punya akses ke media sosial. Sehingga ketika ada hoaks tentang pak Jokowi, masyarakat justru memusuhi penebar hoaks. Akses media sosial dan internet yang membuat masyarakat mudah mengetahui mana yang salah dan mana yang benar.

Kita pun sudah punya tim cyber crime. Jadi ketika ada kebohongan, saya sebagai kader partai dan pendukung pak Jokowi, tak perlu takut ketika ada hoaks. Kita harus melaporkan kepada pihak berwajib.

Saya sendiri berprinsip bahwa berpolitik itu harus dilaksanakan dengan riang gembira dan kerja nyata. Dengan begitu, dampak positif bagi masyarakat dari kerja-kerja kita juga akan muncul. Sehingga hoaks-hoaks tentang partai dan capres kita itu bisa terbantahkan dengan sendirinya.

Quote