Ikuti Kami

Aria Harap KTT G20 Bahas Kemungkinan Resesi Ekonomi

Hal itu diperlukan guna memperkecil tingkat keparahan dari dampak resesi ekonomi yang akan terjadi.

Aria Harap KTT G20 Bahas Kemungkinan Resesi Ekonomi
Wakil Ketua Komisi VI DPR Aria Bima.

Jakarta, Gesuri.id - Wakil Ketua Komisi VI DPR Aria Bima mengharapkan pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali akan membahas kemungkinan resesi ekonomi.

Hal itu diperlukan guna memperkecil tingkat keparahan dari dampak resesi ekonomi yang akan terjadi.

“Harapannya pada G20 nanti walaupun bukan jadi topik utama akan memperkecil tingkat keparahan ini,” kata Aria , Kamis, (13/10).

Baca: Yasonna Pastikan Delegasi G20 Diberikan Bebas Visa

Meski demikian, ia mengatakan kondisi masyarakat Indonesia dipastikan akan mampu bertahan di tengah kondisi ekonomi yang masih labil akibat pandemi COVID-19.

Soal krisis pangan di Indonesia yang banyak dikhawatirkan orang, ia tidak yakin kondisi tersebut akan terjadi. Namun terkait beberapa krisis komoditas dengan harga tidak terkendali kemungkinan itu ada.

“Untuk krisis pangan kita lebih punya kemampuan untuk pangan nasional dicukupi produksi sendiri,” imbuhnya.

Meski ada beberapa komoditas yang dipenuhi oleh impor dan kenaikan harganya akan mempengaruhi angka inflasi. Aria bima meminta agar masyarakat tidak perlu pesimistis.

“Kita tidak perlu pesimis dan skeptis karena kita cukup teruji pada beberapa kali krisis, namun pondasi ekonomi cukup kuat,” imbau dia.

Aria Bima juga menjelaskan bahwa derasnya aliran uang di daerah turut berdampak pada kuatnya pondasi ekonomi dalam negeri. Beberapa diantaranya yakni dana desa, penyaluran kredit usaha rakyat, dan berbagai program pemerintah seperti program keluarga harapan dan Kartu Indonesia Pintar (KIP).

Baca: P20 Hasilkan Komitmen Untuk Ciptakan Perdamaian Dunia

“Kebijakan fiskal selama pemerintahan Presiden Jokowi sangat memastikan arus uang luber ke bawah. Selain itu, 99 persen struktur tenaga kerja ada di UMKM, bukan di industri menengah dan besar. UMKM inilah yang relatif bertahan, apalagi jalur uang berputar di daerah,” jelasnya.

Pihaknya memperkirakan resesi tersebut tidak lepas dari proses pemulihan ekonomi akibat pandemi COVID-19 yang belum usai dan transportasi logistik dunia yang belum mengarah ke keseimbangan baru.

“Untuk Indonesia beberapa tanda perubahan harga kebutuhan pokok seperti  gandum dan kedelai yang mulai liar tak terkendali, bisa karena suplai jalur logistik. Jadwal kontainer juga masih perlu ada proses penyesuaian antar pelabuhan,” pungkas dia.

Quote