Ikuti Kami

Bupati Eka: Festival Ulun Danu Vibrasi Perdamaian Nusantara

Pementasan ini dijadikan sebagai bentuk kepedulian terhadap tanah air dan leluhur.

Bupati Eka: Festival Ulun Danu Vibrasi Perdamaian Nusantara
Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti yang secara resmi membuka Festival Ulun Danu Beratan kelima Tahun 2019.

Tabanan, Gesuri.id - Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti yang secara resmi membuka Festival Ulun Danu Beratan kelima Tahun 2019. Ia mengungkapkan pentas kolosal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menebar vibrasi perdamaian Nusantara untuk kerahayuan bumi.

Baca: Bupati Eka Diisukan Jadi Menteri, Begini Katanya

“Pementasan ini dijadikan sebagai bentuk kepedulian terhadap tanah air dan leluhur kita, maka kita hadirkan sesuatu yang sakral khususnya Majapahit yang dahulu pernah mensejahterakan Indonesia, mudah-mudahan saja bisa memberikan makna luar biasa khususnya bagi masyarakat Tabanan Bali dan Juga Indonesia," ungkap Bupati Eka pada saat menyampaikan sambutannya, baru-baru ini.

Ni Putu Eka Wiryastuti juga menambahkan pementasan sengaja di adakan di DTW Ulun Danu Beratan, karena Ulun Danu diyakini sebagai cakra buana atau inti bumi.

“Sebenarnya tarian ini tidak boleh di tarikan sembarangan, akan tetapi karena ini adalah kawasan pura dan disamping itu kita mengharapkan vibrasi yang baik, jadi kita bersyukur bisa diijinkan," tuturnya.

Pada acara pembukaan festival tersebut turut dihadiri oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang di wakili oleh Tenaga Ahli Bidang Pemasaran dan Kerjasama I Gede Pitana, Anggota DPR RI dari PDIP I Made Urip, Gubernur Bali yang diwakili oleh Asisten Perekonomian dan Administrasi Pembangunan, Ketua DPRD Provinsi Bali I Nyoman Adi Wiryatama, Wakil Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya dan jajaran OPD lainnya.

Sementara itu, Manajer Daya Tarik Wisata (DTW) Ulun Danu Beratan I Wayan Mustika mengungkapkan tema yang digunakan pada festival tersebut adalah Tri Semaya, Atita, Nagata, Wartamana yang memiliki arti membangun keharmonisan masa lalu, masa kini dan masa depan.

Baca: Bupati Eka Wujudkan Tabanan Melek Teknologi

Pementasan Wayang Emas Majapahit dan Topeng Gajah Mada merupakan hasil kerjasama antara DTW Ulun Danu dengan Griya Peling yang berada di Banjar Padangtegal Kaja, Desa Pakraman Padangtegal, Kelurahan/Kecamatan Ubud, Gianyar.

Selain disajikan kolosal, Wayang Emas dan Topeng Gajah Mada kental dengan nuansa sakral. Keduanya kini menjadi artefak dari masa pemerintahan Majapahit (1293-1478). Disimpan di Griya Peling, Wayang Emas memang memiliki kekuatan mistis.

Pemiliknya yang masih punya darah Majapahit dari Gowa, Sulawesi Selatan, diberi wangsit untuk menyerahkan Wayang Emas itu kepada Semeton Griya Peling. Saat itu ada 25 Wayang Emas milik Kerajaan Majapahit yang diserahkan.

Baca: Bupati Eka Wujudkan Tabanan Melek Teknologi

Setahun berikutnya, keturunan Majapahit dari Gowa itu datang lagi dengan membawa 15 Wayang Emas. Hingga sampai pada 2013, jumlah Wayang Emas warisan Majapahit yang terkumpul di Griya Peling menjadi 100 buah.

“DTW Ulun Danu melalui Festival Ulun Danu kelima ini menjadi hal yang spesial karena mendapat kesempatan untuk mementaskan tarian kolosal tersebut dengan tujuan untuk membangun keseimbangan alam dan manusia dengan konsep skala niskala sehingga bisa membangkitkan masa persatuan dan perdamaian dengan kebesaran majapahit dan sumpah palapa gajah mada," tutur Mustika.

Quote