Ikuti Kami

Gus Nabil Beberkan Kenapa Booster Vaksin Layak Digratiskan

Pasalnya, kondisi saat ini vaksin booster merupakan kebutuhan utama dalam antisipasi dampak varian Covid-19 jenis Delta dan Omicron.

Gus Nabil Beberkan Kenapa Booster Vaksin Layak Digratiskan
Anggota DPR RI Muchamad Nabil Haroen (Gus Nabil).

Jakarta, Gesuri.id - Anggota DPR RI Muchamad Nabil Haroen (Gus Nabil) meminta Presiden Joko Widodo bisa menggratiskan vaksin booster ke seluruh kalangan masyarakat tanpa kecuali.

Pasalnya, kondisi saat ini vaksin booster merupakan kebutuhan utama dalam antisipasi dampak varian Covid-19 jenis Delta dan Omicron.

Baca: Rahmad Minta Pemerintah Gencarkan 3 T dan Vaksinasi

“Kami terus mendorong agar pemerintah pusat bisa menggratiskan vaksin booster. Ini berdasarkan suara yang kami dengar dari masyarakat dan tenaga kesehatan di lapangan. Intinya masyarakat itu inginnya vaksin booster ya gratis seperti program vaksin sebelumnya,” ucap dia kepada wartawan belum lama ini.

Menurut Gus Nabil, vaksin booster berbayar akan menurunkan minat masyarakat untuk mengikuti program pemerintah. Hal tersebut ditambah harga varian vaksin yang mencapai hampir Rp1 juta tergantung merek vaksin yang digunakan.

Selain itu, vaksin berbayar dikhawatirkan berpotensi rawan permainan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.

“Ditambah juga pengalaman kemarin, yang gratis saja masyarakat belum semua mau, apalagi saat ini yang berbayar. Takutnya, kalau tidak digratiskan akan ada yang main-main [mencari untung dari program vaksin]. Saya rasa ruang anggaran pemerintah pusat masih bisa. Wong kemarin saja bisa, booster ini juga bisa seharusnya,” imbuh dia.

Baca: Elva Dorong Inovasi Untuk Dongkrak Capaian Vaksinasi

Selain itu, dia juga menyoroti serapan alat kesehatan (alkes) dan obat dari dalam negeri yang tidak maksimal oleh pemerintah.

Pasalnya, berdasarkan data yang dimiliki Gus Nabil, dari 100 persen alat kesehatan dan obat yang digunakan, 90 persennya merupakan produk impor. Sedangkan alkes dan obat dari dalam negeri yang diserap hanya sekitar 10 persen.

“Padahal potensi alkes dan obat dalam negeri yang bisa diserap itu mencapai 50 persen. Kami meminta juga ini bisa digencarkan. Kalau bisa ditingkatkan terus sampai ke maksimal potensi serapan. Kalau hal ini tidak dilakukan, kapan Indonesia bisa mandiri. Kami minta ada keseriusan dan niat dari pemerintah pusat terkait semua permintaan ini,” terang dia.

Quote