Ikuti Kami

Harga Gula Jeblok, Mufti Minta Pemerintah Perhatikan Petani

Harga gula petani kini melorot jadi Rp 10.500 hingga Rp 10.700 per kilogram (kg).

Harga Gula Jeblok, Mufti Minta Pemerintah Perhatikan Petani
Anggota Komisi VI DPR RI Mufti Anam.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi VI DPR RI Mufti Anam, meminta pemerintah memperhatikan nasib petani tebu yang kini harga gula produksinya jeblok seiring besarnya arus impor.

Harga gula petani kini melorot jadi Rp 10.500 hingga Rp 10.700 per kilogram (kg). Kondisi ini, membuat pedagang enggan membeli gula petani dengan harga memadai karena sudah memegang gula impor.

"Impor besar-besaran yang berbarengan dengan masa giling puluhan pabrik gula berbasis tebu petani adalah bencana besar bagi petani. Saya sudah mengingatkan tentang ini sejak awal,” Mufti di Jakarta, Rabu (17/6).\

Baca: Banteng Kalbar Berikan Bantuan Sembako Pada Warga Landak

"Kalau tidak ada intervensi, gula petani bisa jeblok ke batas harga pembelian pemerintah Rp 9.100 per kilogram. Padahal, biaya produksi sudah di atas itu. Kasihan petani kita," imbuhnya.

Menurut Mufti, pangkal masalah ini adalah tiadanya analisis manajemen pasokan yang tepat dari Kementerian Perdagangan (Kemdag). Jika Kemdag melakukan analisis manajemen pasokan dengan tepat, sejak akhir 2019 sudah bisa dipetakan stok gula. Sehingga, tidak terjadi kekurangan pasokan yang membuat harganya melambung di awal 2020. Fluktuasi harga gula pun lebih cepat diatasi.

"Harga yang melambung itu dijawab dengan impor, yang kelirunya sebagian berbarengan dengan masa giling puluhan pabrik gula di Jawa," ujarnya.

Menurut Mufti, yang juga jadi masalah, impor gula yang telat sehingga berbarengan dengan musim giling tebu juga terjadi lantaran tertundanya pengurusan izin impor di Kemdag. "Bulog mengeluhkan keterlambatan izin impor ini," ujarnya.

Mufti menambahkan, sejak awal sudah mewanti-wanti Kemdag terkait waktu masuknya gula impor yang berbarengan dengan giling tebu petani. Semestinya, Kemdag bisa lebih cermat mengatur arus gula impor.

"Kapan datangnya, di mana pelabuhannya, untuk pasar mana saja? Semua harus diatur baik dan transparan. Belum lagi gula rafinasi disetujui masuk ke pasar gula konsumsi. Kalkulasi pasokannya harus tepat. Kalau tidak, yang jadi korban petani tebu," ujar Mufti.

Baca: Peduli Toba, Jojor Tambunan Bagikan Paket Sembako

Sebagai solusi, Mufti memberikan alternatif. Pertama, pengolahan gula mentah (raw sugar) impor dan distribusinya harus ditunda agar tidak semakin menjeblokkan harga gula petani.

"Kan itu ada ratusan ribu impor raw sugar yang diolah jadi gula konsumsi, tolonglah dihentikan dulu. Itu jelas lebih murah dibanding gula petani karena kulakannya memang murah. Simpan saja dulu raw sugar impor, toh bisa diolah beberapa bulan lagi. Kita prioritaskan nasib petani. Kemdag punya daya desak ke pelaku usaha untuk mengintervensi," ujarnya.

Solusi kedua, pelaku usaha yang diberi izin impor ratusan ribu ton harus membeli gula petani. "Importir besar gula diajak dong beli gula petani dengan harga memadai, yang untung bagi petani dan untung bagi mereka. Win-win solution," pungkas Mufti.

Quote