Ikuti Kami

Rachmat Puji Keberagaman di Desa Batu Kumbung

Rachmat menyebut Desa Batu Kumbung sebagai “Miniatur Taman Sari Toleransi Keberagaman Umat Beragama.”

Rachmat Puji Keberagaman di Desa Batu Kumbung
Anggota DPR RI, Rachmat Hidayat.

Mataram, Gesuri.id - Anggota DPR RI, Rachmat Hidayat menyematkan predikat khusus kepada Desa Batu Kumbung di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Ia menyebut Desa Batu Kumbung sebagai “Miniatur Taman Sari Toleransi Keberagaman Umat Beragama.”

Bagaimana tidak, Desa Batu Kumbung kata Rachmat layak masuk menjadi teladan toleransi dunia, karena telah memberikan contoh toleransi yang baik antar umat beragama.

Baca: Rachmat Hidayat Ingatkan Milenial Pahami Jati Diri Bangsa

Desa Batu Kumbung dihuni oleh dua mayoritas agama yakni agama islam dan hindu. Kedua eskponen masyarakat ini selama puluhan tahun telah hidup berdampingan. Tak pernah terjadi konflik yang sifatnya terbuka.

Di desa tesebut juga terdapat dusun yang diplot sebagai “Kampung Toleransi” yakni Dusun Tragtag. Di harmonisasi dua suku yaitu Suku Bali dan Suku Sasak yang hidup rukun berdampingan.

Hal itu dinilai Rachmat sebagai bentuk konkret pengimplementasian nilai-nilai pancasila.

“Di Batu Kumbung kita melihat pancasila. Ada keberterimaan, toleransi, keberagamaan. Batu Kumbung ini merupaman miniatur Taman Sari keberagaman umat beragama,” jelas Rachmat.

Sebagai contoh, kata Rachmat Kerja sama kedua umat yakni Islam dan Hindu, selain menciptakan harmoni, juga mempercepat penanganan persoalan-persoalan yang datang, salah satunya dampak bencana alam gempa bumi pada 2018.

Kala itu, gempa bumi menyebabkan rusaknya rumah warga dan bangunan lainnya termasuk masjid dan mushala. Akibatnya umat Islam tidak bisa menjalankan ibadah di masjid dan musala sebagaimana layaknya.

Prediksi datangnya gempa susulan yang masih akan terjadi juga membuat warga harus mencari lokasi tanah lapang untuk hunian dan tempat ibadah sementara. Warga setempat bersama relawan berinisiatif mendirikan musala darurat. Para relawan yang datang dari berbagai daerah bahu membahu bersama warga setempat. Musala darurat dengan bahan baku bambu dan terpal dibangun sekitar dua hari.

Uniknya, di antara para warga bukan hanya umat Islam, yang berkepentingan dengan musala darurat sebagai tempat salat, yang turut kerja bakti. Beberapa penganut Hindu juga turun tangan. Bahkan salah satu areal musala darurat adalah lahan milik umat Hindu.

Hal yang sama juga terjadi saat datangnya pandemi Covid-19 lalu. Sinergi dua umat ini bahu-mambahu melawan virus yang membahayakan itu.

Menurut Rachmat, hubungan kedua umat beragama sangat baik. Kedua umat juga memandang positif terhadap penganut agama yang lain.

Oleh karenanya, dirinya berpesan agar kerukukan yang damai tersebut dapat terus dirawat dan dijaga. Ia juga mengajak daerah-daerah lain untuk mencontoh Desa Batu Kumbung dalam merawat keberagaman.

“Ini perlu dicontoh, semangat bersama dalam gotong royong menepis segala perbedaan. Semua pihak harus belajar pada Batu Kumbung,” jelas Ketua DPD PDI Perjuangan NTB itu.

Baca: Rachmat Galakan Gerakan Diversifikasi Pangan di Lombok

Di tempat yang sama, Kepala Desa Batu Kumbung Kepala Desa Batu Kumbung H. Wirya Hadi Saputra menyampaikan apresiasi atas kunjungan sosialisasi 4 pilar kebangsaan yang digelar di tempatnya.

Masyarakat yang hadir dalam sosialisasi 4 pilar merupakan dua unsur masyarakat Batu Kumbung yakni mayoritas islam dan hindu.

Dusun Batu Kumbung, kata Wirya Hadi juga pernah dikunjungi oleh 18 negara Asia-Afrika yang meneliti soal keberagaman yang telah turun temurun dirawat nenek moyang Desa Batu Kumbung hingga kini.

“Di sini ada air di pura yang dialirkan sebagai air wudhu bagi masyarakat umat islam di Musala. Itu juga nanti akan ditinjau setelah kegiatan ini,” jelasnya.

Quote