Ikuti Kami

Ansy Lema: Menjadi Caleg Panggilan Melayani & Jaga Pancasila

Memimpin berarti melayani. Maka, politik adalah panggilan untuk melayani rakyat.

Ansy Lema: Menjadi Caleg Panggilan Melayani & Jaga Pancasila
Mantan aktivis 98, Yohanis Fransiskus Lema atau lebih dikenal dengan Ansy Lema kini telah memantapkan diri untuk terjun ke dunia politik sebagai Caleg DPR RI Dapil NTT II di Pemilu legislatif 2019 mendatang. (Foto: Dok. Pribadi Ansi Lema)

Jakarta, Gesuri.id - Mantan aktivis 98, Yohanis Fransiskus Lema atau lebih dikenal dengan Ansy Lema kini telah memantapkan diri untuk terjun ke dunia politik sebagai Caleg DPR RI Dapil NTT II di Pemilu legislatif 2019 mendatang.

Baca: Strategi Sang Srikandi Menangkan Jokowi 

Terkait pencalegannya, Politisi muda NTT kelahiran Kota Kupang ini mengaku bahwa hal tersebut merupakan panggilan untuk melayani rakyat.

"Memimpin berarti melayani. Maka, politik adalah panggilan untuk melayani rakyat. Jadi pemimpin jangan minta dilayani, justru harus melayani rakyat," kata Ansy Lema yang pernah menjadi Juru Bicara Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat bertarung merebut kursi DKI I kepada Gesuri, Senin (25/3).

Ia menuturkan, keinginannya menjadi politisi sebab ia menyadari bahwa kerja politik adalah tanggung jawab mulia karena bertujuan mewujudkan kesejahteraan-keadilan rakyat. "Politik sejatinya mulia, suci, yang kotor adalah pelakunya," ujarnya.

Menurutnya, politik ibarat pisau. Di tangan Dokter Bedah, pisau berguna untuk melakukan operasi demi kesembuhan pasien. Demikian pula di tangan Koki atau Juru Masak, pisau menghasilkan masakan lezat-bergizi.

"Namun, di tangan perampok dan pembunuh, pisau jadi sangat berbahaya dan menakutkan karena dipakai untuk membunuh," sambungnya.

Lebih lanjut, Ansi Lema juga menyampaikan keprihatinannya mengenai masa depan Indonesia, terutama terkait adanya kelompok intoleran anti-Pancasila yang berniat mengganti dasar negara Pancasila dengan dasar negara agama.

Ia mengaku tidak khawatir dengan Pemilu tahun 2019 mendatang, karena ia yakin Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan kembali dipercaya memimpin Indonesia.

"Namun, selepas era kepemimpinan Jokowi, yakni pada Pemilu tahun 2024, Indonesia berada di persimpangan jalan. Hingga kini, belum muncul sosok nasionalis-pluralis yang menonjol sehingga bisa diandalkan untuk mengganti Joko Widodo di tahun 2024," ungkap pria yang pernah menjadi Dosen politik di sejumlah kampus di Jakarta tersebut.

Sementara, tahun 2024, lanjutnya, kelompok intoleran anti-Pancasila menargetkan mengambil alih kepemimpinan negeri ini. Karena alasan ancaman terhadap ideologi negara, Ansy Lema terpanggil untuk bisa berada di Perlemen untuk berjuang memertahankan ideologi negara Pancasila.

"Sebagai aktivis 98 dan anak kandung reformasi, saya merasa terpanggil untuk berjuang memertahankan ideologi Pancasila kala Indonesia berada di persimpangan jalan pada tahun 2024 nanti. Namun, saya harus memanaskan mesin politik pribadi saya sejak tahun 2019 dengan menjadi anggota DPR RI, sehingga di tahun 2024, saya sudah lebih siap menjalankan perjuangan ideologis di level nasional", jelasnya.

Baca: Rano Karno Yakin Jokowi-Amin Menang 60 Persen di Banten

Di sisi lain, Ansy Lema menjelaskan tahun 2024, sejumlah anggota DPR RI senior asal NTT diperkirakan tidak akan lagi menjadi anggota DPR RI karena sudah 3 atau 4 periode menduduki kursi di Senayan.

"Itu mengapa, regenerasi wakil rakyat asal NTT di Senayan harus dipersiapkan sejak tahun 2019. Tahun 2024 adalah masa bagi generasi 98 untuk berkiprah menentukan masa depan bangsa," tutupnya.

Quote