Ikuti Kami

Budiman: Tim Capres 02 Gunakan Teknik Firehose of Falsehoods

Pada prinsipnya tema besar yang dimainkan dalam teknik Firehose of falsehoods sangat mudah, karena hanya perlu memanipulasi data

Budiman: Tim Capres 02 Gunakan Teknik Firehose of Falsehoods
Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko

Jakarta, Gesuri.id - Influencer Influencer tim kampanye nasional (TKN) Joko Widodo- Ma'ruf Amin, Budiman Sudjatmiko melihat adanya teknik kampanye Firehose of Falsehoods dalam kasus berita hoax penganiayaan Ratna Sarumpaet. Menurutnya, ini adalah propaganda kampanye politik jahat yang bisa saja digunakan oleh kubu Prabowo-Sandi untuk memenangkannya pada Pilpres 2019 mendatang

Budiman mengatakan pada prinsipnya tema besar yang dimainkan dalam teknik Firehose of falsehoods sangat mudah, karena hanya perlu memanipulasi data dengan menyebarkan konten-konten kampanye yang tak lagi harus objektif dan konsisten sepanjang dilakukan secara massif, cepat dan terus berulang.

Dengan tujuan utamanya adalah untuk membangun ketidakpercayaan terhadap informasi yang ada.

"Kemudian menciptakan keriuhan sehingga timbul, oh memang gak ada kebenaran di Republik ini. Semua berbohong. Pak Jokowi berbohong, Prabowo berbohong. Semua orang tidak percaya kebenaran atas peristiwa Demokrasi," papar Budiman di Media Center Jokowi-Ma'ruf Amin, Jalan Cemara no 19, Menteng, Jakarta, Jumat (5/10).

Lebih lanjut politisi PDI Perjuangan ini menuturkan ada dua skenario kebohongan yang diciptkan dalam situasi tersebut. Pertama, jika kebohongan itu tidak ketahuan maka hal tersebut akan membuat orang marah karena telah membuat seorang Ratna Sarumpaet yang notabene seorang perempuan berusia 70 tahun dipukuli sekelompok anak muda yang pengecut.

"Itu akan memberi keuntungan pada mereka yang dibalik rekayasa ini," ujarnya.

Kedua, jika ketahuan, maka akan dilakukan suatu pengakuan dan manfaatkan emosi publik seperti yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet dan kubu Prabowo-Sandiaga.

"Ini juga tetap akan membawa keuntungan karena kalau orang tidak percaya pada aku, dia juga tidak akan percaya pada lawanku," tambahnya.

Pada akhirnya kedua skenario kebohongan tersebut akan menimbulkan suatu ketidakpercayaan pada demokrasi. Sehingga yang terjadi selanjutnya akan lebih buruk.

"Pada akhirnya akan main kuat kuatan. Bukan benar atau salah," imbuhnya.

"Nah apakah menguntungkan bagi Jokowi? Nggak menguntungkan. Karena 2 skenario itu sama-sana merugikan bagi Pak Jokowi," tambah mantan aktivis 98 ini.

Belakangan nama Ratna Sarumpaet santer terdengar di banyak media massa. Pasalnya, dia membuat kegaduhan dengan mengatakan bahwa dirinya telah dianiaya oleh sekelompok orang sehingga menyebabkan wajahnya bengkak dan lebam.

Kabar tersebut ternyata ditelan mentah-mentah oleh kubu Prabowo hingga mantan Pangkostrad AD ini pun menggelar konferensi pers. Dia bahkan mengatakan tindakan tersebut telah mengancam demokrsasi.

Terakhir pada Rabu sore (3/10), Ratna Sarumpaet mengaku ke pada publik bahwa dirinya tekag berbohong. Bahwa yang sebenarnya terjadi adalah dia melakukan operasi plastik yang mengakibatkan wajahnya bengkak dan nampak lebam.

Quote