Ikuti Kami

Ini Cerita Kiai Ma'ruf yang Nyaris Jadi Polisi

Saat itu tahun 1965. Ma'ruf Amin yang masih berumur 22 tahun, mendapatkan tawaran untuk menjadi polisi.

Ini Cerita Kiai Ma'ruf yang Nyaris Jadi Polisi
Ilustrasi. Safari ke Samarinda, Ma'ruf Amin Disematkan Gelar Adat Dayak.

Samarinda, Gesuri.id - Jauh sebelum menjadi calon wakil presiden mendampingi calon presiden petahana Joko Widodo pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, sosok Ma'ruf Amin lebih dikenal sebagai ulama besar. Bukan tanpa sebab, pria kelahiran 11 Maret 1943 ini lama menjabat sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), sebuah jabatan tertinggi di organisasi Islam terbesar di Indonesia.

Baca: Kiai Ma’ruf Tegaskan Pilpres Bukan Ajang Perang Saudara

Tak hanya sebagai Rais Aam, Ma'ruf Amin pun hingga kini masih menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), sejumlah fatwa hingga lebel halal menjadi salah satu prestasinya.

Namun, siapa sangka jika Mustasyar PBNU itu pernah hampir menjadi seorang polisi. Ma'ruf Amin pun menceritakan sekelumit kisahnya itu kepada wartawan di sela-sela safari politiknya di Samarinda, Kalimantan Timur.

Saat itu tahun 1965. Ma'ruf Amin yang masih berumur 22 tahun, mendapatkan tawaran untuk menjadi polisi. Katanya sudah tinggal panggilan saja.

"Saya pernah diberi tawaran untuk jadi polisi. Itu sekitar tahun 65 itu. Dan saya dipanggil untuk jadi polisi," ujar Ma'ruf Amin di Samarinda, Kalimantan Timur, Jumat (22/3).

Sayangnya, tawaran tersebut dia tolak. Dia beralasan, saat panggilan itu datang, nenek yang mengasuhnya sejak ibunda Ma'ruf Amin meninggal berkeras hati melarang sang cucu menjasi abdi negra. Bagi neneknya, Ma'ruf Amin harus meneruskan jejak sejarah keluarganya untuk menjadi seorang ulama atau kiai.

"Nenek saya bilang kamu jangan jadi polisi, jadi kiai aja. Jadi saya jalurnya jalur kiai, ulama," kata Ma'ruf Amin.

Alasan sang nenek pun diakui sangat mendasar, pasalnya nyaris seluruh keluarganya menjadi seorang ulama. Bahkan, ayah dari suami Wurry Estu Wulandari ini pun sudah mengirimnya untuk mondok di pesantren.

Baca: Penampilan Ma'ruf Amin Dipuji Koran Singapura

"Ayah saya kiai, keluarga kakek saya kiai, jadi memang saya menjadi keluarga kiai," kisahnya.

Akhirnya, tawaran untuk menjadi polisi itu lewat begitu saja. Ma'ruf Amin muda lebih memilih berbakti pada orang tua dengan mengikuti kemauan keluarga. Dia pun mantap mondok di pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur.

"Jadi yang boleh itu di Tebu Ireng, makanya saya mondoknya di Tebu Ireng," tandasnya.

Quote