Ikuti Kami

Tuduhan Mark Up LRT, Charles: Prabowo Seperti Pengamat!

Charles membandingkan Prabowo dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bila Prabowo disebut sebagai pengamat, Jokowi dianggap praktisi

Tuduhan Mark Up LRT, Charles: Prabowo Seperti Pengamat!
Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Charles Honoris bersama Presiden Jokowi saat kampanye Pilpres 2014

Jakarta, Gesuri.id -  Politikus PDI Perjuangan Charles Honoris, menilai tudingan Ketum Gerindra Prabowo Subianto soal mark up LRT Palembang, sebagai bentuk manuver. Bahkan lebih seperti ucapan seorang pengamat politik.

Charles membandingkan Prabowo dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bila Prabowo disebut sebagai pengamat, Jokowi dianggap praktisi karena sudah memberikan bukti membangun bangsa. Mulai dari sebagai Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, dan saat ini Presiden RI.

"Tidak seperti Pak Jokowi yang sudah pernah mengelola kota, provinsi dan sekarang negara, Pak Prabowo belum punya pengalaman menjalankan roda pemerintahan. Jadi anggap saja Pak Prabowo itu pengamat yang sedang mengomentari kerja-kerja seorang praktisi," ujar Charles Jumat (22/6).

Sebelumnya, Prabowo menuding ada mark up dalam pembangunan LRT Palembang. Menurut data yang diperolehnya, biaya pembangunan untuk LRT di dunia hanya berkisar US$ 8 juta/km. Sedangkan di Palembang, yang memiliki panjang lintasan 24,5 km, biayanya hampir Rp 12,5 triliun atau dengan kata lain biayanya US$ 40 juta/km. hal itu diutarakan saat sambutan dalam acara silaturahmi kader di Hotel Grand Rajawali, Palembang, Kamis (21/6) kemarin. Dia mengaku mendapat indeks harga LRT sedunia dari Gubernur DKI Anies Baswedan.

Menaggapi tuduhan Prabowo, Charles membalas data untuk mementahkan tudingan Prabowo itu. Dia memberi contoh soal pembangunan LRT yang dilakukan di negara tetangga, yakni Filipina.

"Sayangnya sebagai pengamat pun pak Prabowo tidak jeli menggunakan data dan fakta. Pembuatan LRT di Filipina misalnya menghabiskan anggaran US$ 74,6 juta/km, Malaysia US$ 65,52 juta/km. Jadi anggaran untuk pembangunan LRT di Indonesia yang US$ 40 juta/tahun masih di bawah negara-negara Asia Tenggara lainnya," tutur Charles.

"Sepertinya pengamatan pak Prabowo bahwa biaya pembangunan LRT hanya US$ 8 juta/km itu hanya biaya pemasangan komponen tertentu atau mungkin saja hanya fiksi," tambah anggota Komisi I DPR itu.

Sebagai partai pendukung utama Jokowi, PDI Perjuangan memastikan pemerintah tidak anti-kritik. Evaluasi kepada pemerintah disebut sangat penting.

"Tetapi jangan juga membodohi publik dengan kritik dan serangan tanpa data hanya sekedar ingin menaikkan emosi publik untuk kepentingan politik sesaat saja," tambah Charles.

Quote