Belajar dari Runtuhnya VOC dan Kejayaan Filipina Yang Meredup

Oleh: Dr. Harris Turino, S.T., S.H., M.Si., M.M. - Kapoksi PDI Perjuangan Komisi XI DPR RI. 
Senin, 29 Desember 2025 09:11 WIB Jurnalis - Heru Guntoro

Jakarta, Gesuri.id - Sejarah sering memberi kita dua jenis cerita. Yang pertama tentang kejayaan besar yang tampak tak tergoyahkan. Yang kedua tentang kejatuhan yang datang perlahan, nyaris tak terasa, hingga akhirnya semuanya runtuh. Kisah bangkrutnya VOC dan merosotnya Filipina dari negara makmur menjadi tertinggal adalah dua contoh kuat bahwa keunggulan hari ini tidak pernah menjamin kemenangan esok hari.

Pada akhir abad ke-18, dunia menyaksikan tumbangnya sebuah raksasa ekonomi yang nyaris tak punya tandingan pada masanya. Vereenigde Oostindische Compagnie, kongsi dagang asal Belanda yang berdiri sejak 1602, pernah menguasai jalur perdagangan Asia dan menjadikan Nusantara sebagai pusat ladang emas rempah rempah. Dari pala dan cengkih yang diperdagangkan ke Eropa, VOC membangun kekayaan luar biasa dan menjelma menjadi simbol kapitalisme awal dunia.

Keistimewaan VOC bukan hanya pada skala bisnisnya, tetapi juga pada kekuasaan yang ia miliki. Perusahaan ini berhak mengedarkan uang sendiri, memelihara tentara, berperang, hingga membuat perjanjian dengan penguasa lokal. Dalam banyak hal, VOC bertindak layaknya sebuah negara. Karena itu, banyak sejarawan menyebutnya sebagai perusahaan terbesar yang pernah ada. Nilai pasarnya bahkan mencapai lebih dari USD 8 triliun, lebih besar dibandingkan dengan gabungan antara Apple, Microsoft dan Meta.

Baca:GanjarAjak Kader Banteng NTB Selalu Introspeksi Diri

Namun di balik kejayaan itu, fondasi VOC ternyata rapuh. Memasuki awal 1700 an, penyakit lama mulai menggerogoti tubuh organisasi. Pengelolaan keuangan yang semrawut, pengawasan yang lemah, dan budaya penyalahgunaan wewenang membuat uang perusahaan bocor di mana mana. Setoran dari daerah dipangkas, laporan dimanipulasi, fasilitas perusahaan dipakai untuk bisnis pribadi, dan rakyat pribumi diperas demi keuntungan segelintir orang.

Baca juga :