Mandat Ideologi dan Spiritualitas Hasto: Menggugat Akar Kapitalisme di Balik Tragedi Pekerja Migran

Oleh: Yogen Sogen, Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Pemerintahan-STIPAN yang juga Kader PDI Perjuangan.
Kamis, 09 Oktober 2025 22:35 WIB Jurnalis - Effatha Gloria V.G. Tamburian

Jakarta, Gesuri.id - Kamis Sembilan Oktober Dua Ribu Dua Puluh Lima, di Sekolah Partai DPP PDI Perjuangan Lenteng Agung, adalah hari yang dirangkai sebagai momentum perenungan kritis, api intelektualisme Bung Karno kembali dinyalakan. Dan pembawa suluh itu tak lain adalah Hasto Kristiyanto - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan.

Ia berdiri di atas podium, bukan sekadar untuk memberi sambutan formal, melainkan untuk menegaskan sebuah sikap, bahwa tradisi intelektual tidak boleh mati, bahkan dalam badai politik sekalipun.

Saya pribadi, telah lama merindukan panggung pemikiran yang bernas dan berkiblat pada ideologi kritis, untuk menyaksikan momen ini dengan khusyuk. Kita tahu, sejak Desember 2024 hingga ia mendapatkan amnesti dari Presiden Prabowo pada Agustus lalu, Hasto harus berjibaku dalam arena yang tampak jauh dari ranah hukum murni. Politisasi hukum, narasi yang terasa begitu anyir dan meruntuhkan kepercayaan publik itu telah menguras energi dan fokusnya. Babak-babak sidang di pengadilan sudah tentu menanggalkan kelelahan batin, fisik dan alam pikirnya.

Namun, di sini, saya menangkap suatu pesan, sebuah interupsi kebatinan yang menggema dari ruang sunyi: dalam gelap jeruji besi sekalipun, api intelektual tak boleh padam, ia harus terus dirawat dan tiwartakan.

Baca juga :