DI PODIUM kebesarannya, sang Pemimpin Besar Revolusi Indonesia berdiri. Dengan setelan jas putih dan kopiah hitam yang selalu menempel di kepalanya, Bung Karno membacakan Pidato HUT RI 17 Agustus tahun 1963 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK).
Pidatonya yang legendaris itu diberi judul: Genta Suara Revolusi Indonesia atau disingkat GESURI.
Di awal pidato, Presiden Pertama Republik Indonesia itu mengaku sedang dalam kondisi kurang sehat.
Bung Karno memberitahu kepada puluhan ribu rakyat Indonesia yang menghadiri Peringatan Kemerdekaan di Stadion Utama GBK, untuk membacakan naskah pidatonya dengan pelan-pelan. Alon-alon asal kelakon begitu Sang Proklamator melempar guyon.
Namun tetap saja, Bung Karno membawakan Pidato empat tahun sebelum MPRS melalui Sidang Istimewanya pada tanggal 12 Maret 1967 mengakhiri jabatannya den menunjuk Soeharto menjadi Pejabat Presiden tersebut dengan lantang dan berapi-api.
Meski demikian, Bung Karno tak tampak seperti orang yang sedang sakit. Pidatonya tetap menyihir audiens yang menyaksikannya. Sesekali intonasinya meledak-ledak, contohnya penekanan pada kalimat: