PKI, "Post Truth" dan Isu yang Tak Berkesudahan

Isu PKI hanya marak di media sosial sengaja dihembuskan untuk membangkitkan emosi kebencian, namun sebenarnya tidak ada di dunia nyata.
Selasa, 20 Februari 2018 12:33 WIB Jurnalis - Ali Imron

Jika ada pertanyaan siapa yang paling bertanggungjawab dari beredarnya isu-isu abadi seperti PKI yang tidak henti-hentinya dikipasi di media sosial? jawabanya sudah pasti politisi.

Mereka ini memiliki kepentingan politik untuk merebut kekuasaan dengan segala cara, tak terkecuali melalui pembentukan opini di dunia maya untuk meraih simpati publik secara masif.

Sungguh mengerikan bukan? Tapi inilah fenomena baru yang sekarang sedang terjadi. Banyak politisi yang menerapkan cara-cara kotor dengan memproduki berita-berita hoax, fake news atau false news hanya untuk mempengaruhi opini publik di dunia maya sehingga pada akhirnya publik mengiyakan ajakan atau opini yang disebarluaskan tersebut.

Mereka yang menjadi korban tentu saja publik dan obyek dari sasaran tembak para politisi kotor tersebut. Publik yang semakin malas untuk mencari verifikasi data dan fakta terhadap berita yang beredar di lini masa karena tersebut begitu mudahnya menerima sajian informasi yang belum tentu benar tersebut.

Isu-isu hoax, fake news dan false news terus diamplifikasi hingga membesar dan gaungnya semakin meluas. Ia bak bola salju yang terus menggelinding hingga akhirnya publik menelan mentah-mentah informasi yang berkeliaran di berbagai lini massa tersebut.

Jika ada kata yang menggambarkan lebih dari mengerikan, mungkin pantas kiranya untuk disematkan kepada politisi yang melakukan cara-cara kotor tersebut. Ya, inilah eranya post truth informasi. Sebagai dampak dari kehadiran media sosial yang semakin massif di era milenial ini membuat publik begitu mudahnya menerima informasi yang masuk ke akun lini masa mereka.

Baca juga :