Sekjen Hasto Kristiyanto: DIPLOMASI

Maka diplomasi memerlukan keteguhan dalam olah nalar, seni menegosiasikan kepentingan, dan kepercayaan.
Minggu, 17 Oktober 2021 16:02 WIB Jurnalis - Elva Nurrul Prastiwi

Jakarta, Gesuri.id - Meski belum ada penelitian yang mendalam guna membandingkan karakter antar bangsa, bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang ramah, pandai bergaul, dan bersikap terbuka. Karakter bangsa ini sangat penting guna menunjang kemampuan diplomasi yang sangat diperlukan bagi perjuangan Indonesia di dalam membangun tatanan dunia baru yang bebas dari penjajahan sebagaimana selalu diperjuangkan oleh Bung Karno.

Demi cita-cita itu, Bung Karno menggunakan seni diplomasi sebagai perpaduan antara strategi dan kemampuan komunikasi yang digerakkan oleh imajinasi politik tentang bagaimana meramu cita-cita nasional, tujuan nasional, dan kepentingan nasional yang dijalankan senafas dengan upaya membangun persaudaraan dunia. Ramuan yang dihasilkan Bung Karno tersebut menghasilkan begitu banyak kreativitas dalam diplomasi. Di Mesir, Bung Karno menggunakan diplomasi Pohon Mangga.

Di Arab Saudi, Bung Karno menghijaukan Padang Arafah dengan Pohon Mimba. Di Korea Utara, Bung Karno menggunakan diplomasi Bunga Anggrek hibrida dendrobium yang kemudian menjadi simbol persahabatan Indonesia-Korea dengan bunga yang terkenal dengan nama Kimilsungia. Di Konferensi Asia Afrika, Bung Karno menggunakan diplomasi kebaya guna menampilkan the art of hospitality yang khas Indonesia.

Bung Karno juga menggunakan beragam diksi guna membumikan gagasan besarnya melalui berbagai diplomasi internasional. Bung Karno selalu percaya bahwa nilai-nilai Pancasila selalu relevan bagi dunia dan bagi semua bangsa. Dengan idenya bagi dunia yang lebih damai dan berkeadilan, lima prinsip Pancasila berkumandang di Sidang Umum PBB: Belief in God, Humanity, Nationality, Democracy, and Social Justice. Lima prinsip ini menjadi kerangka ideologis bagi dunia yang saat itu diwarnai oleh pertarungan ideologi besar antara komunisme-leninisme dan liberalisme-kapitalisme. Kedua ideologi tersebut selalu ditentang oleh indonesia karena keduanya mengandung benih-benih imperialisme dan kolonialisme. Di sisi lain, Pancasila hadir sebagai ideologi yang menjadi solusi bagi tata dunia baru Pasca Perang Dunia II.

Dalam berbagai pidatonya, Bung Karno selalu menegaskan bahwa konsepsi yang dibangun oleh Indonesia bukanlah demokrasi barat yang hanya mengedepankan demokrasi politik. Demokrasi Indonesia merupakan hasil dari pemikiran kritis, dimana Indonesia Merdeka harus dibangun dengan memadukan antara demokrasi politik, demokrasi ekonomi, dan demokrasi kebudayaan. Dalam demokrasi Pancasila ini, seharusnya tidak boleh ada kemiskinan dalam buminya Indonesia Merdeka.

Baca juga :