Celaka Negara yang Tidak ber-Tuhan

Saya mulai menjadi pemimpin daripada rakyat dengan karunia Allah SWT pula, sering saya memikirkan persoalan-persoalan agama Islam ini.
Senin, 01 Juli 2019 12:30 WIB Jurnalis - Ali Imron

Saya ini, Saudara-saudara sejak dari kecil, ya, sejak dari kecil dididik oleh orang tua untuk percaya kepada Tuhan. Bapak saya orang Islam. Tapi ya, sudah pernah saya katakan, ke-Islam-an Bapak saya almarhum itu ialah Islam-Islamanlah. Malah beliau adalah lebih banyak dari apa yang dinamakan agama Jawa.

NAH, Ibu saya, beliau orang Bali. Orang Bali; pada waktu Bapak jejaka, berjumpa dengan seorang gadis Bali yang cantik. Sukemi nama Bapak saya. Sukemi berjumpa dengan gadis Bali yang bernama Nyoman Rai, Ida Ayu Nyoman Rai. Sukemi berjumpa dengan Ida Ayu Nyoman Rai, dengan kehendak Tuhan orang dua ini, kata orang sekarang, verliefd satu-sama-lain. Kemudian menjadi suami-isteri, dan oleh Tuhan dijadikan Sukemi Ida Ayu Njoman Rai ini dapur melahirkan Sukarno di dunia ini. Yang membuat itu, Tuhan. Ya, Sulkemi dan Ida Ayu Nyoman Rai itu sekadar dipakai oleh Tuhan menjadi dapur untuk melahirkan saya.

Nah ini, kecil-kecil Bapak sudah berkata demikian kepadaku: Kusnokemudian Sukarno; saya ini dulu bernama Kusno, Saudara-saudaraaku ini sekadar dapur umum. Ibu pun demikian: Sukarno, aku ini sekadar dapur yang dibuat oleh Tuhan untuk melahirkan engkau Karena itu jangan lupa lho, Karno, jangan lupa, pembuatmu itu ialah Tuhan.

Meskipun Bapak agamanya Islam, itu cuma Islam-Islaman. Maaf, kalau saya mengatakan demikian, oleh karena saya berkata demikian itu menurut hukum-hukum daripada Islam. Memang, beliau itu sekadar Islam-Islaman, ditinjau dari hukum Islam. Jadi beliau itu, ya, agamanya Islam kecampuran dengan banyak agama Jawa. Ibu pun agamanya itu agama Hindu yang kecampuran dengan Budhisme banyak sekali.

Baca juga :