Jakarta, Gesuri.id - Politisi senior PDI Perjuangan, Panda Nababan, mengungkap kisah kelam di balik kekuasaan Orde Baru yang menggambarkan betapa feodalnya gaya kepemimpinan Presiden Soeharto. Dalam podcast Keadilan TV, Minggu (9/11), Panda bercerita tentang mantan Kapolri Jenderal (Purn) Hoegeng Iman Santoso yang pernah dilarang menghadiri perayaan Hari Bhayangkara selama bertahun-tahun, hanya karena dianggap tidak disukai oleh penguasa saat itu.
Apa iya Pak Harto sampai segitunya? Hoegeng yang rumahnya bersebelahan dengan bapaknya Prabowo, Sumitro, sampai menangis peluk-pelukan karena Hoegeng nggak boleh jadi saksi nikah dan hadir di pernikahan Prabowo Titiek, ungkap Panda mengenang dalam Podcast Keadilan TV, Minggu (9/11).
Menurutnya, peristiwa itu menjadi simbol bagaimana kekuasaan Soeharto dijalankan dengan rasa curiga dan dendam pribadi terhadap mereka yang berani berbeda pendapat.
Panda menuturkan, larangan terhadap Hoegeng bukan hanya sekali terjadi. Ia bahkan pernah mendapat memo khusus dari istana yang melarangnya hadir di upacara Hari Bhayangkara. Sudah disiapkan semua, gaspernya dilap, baju seragamnya disetrika, tapi jam sembilan malam datang utusan dari Pak Harto: Pak Hoegeng nggak usah datang, ujar Panda.
Cerita tersebut sejalan dengan kesaksian keluarga Hoegeng. Putranya, Aditya Soetanto (Didit), pernah mengungkapkan bahwa ayahnya merasa sangat sedih dan kecewa karena dilarang hadir dalam acara yang seharusnya menjadi kebanggaan bagi seorang mantan Kapolri. Beliau sangat cinta institusi Polri. Tapi waktu itu cuma bisa diam, kecewa berat, kata Didit dalam wawancara tahun 2020.