Fikri Thalib, Pejuang yang Tak Pernah Menyerah

Fikri Thalib adalah difabel. Kekurangan fisik tidak pernah ia jadikan alasan untuk berhenti, apalagi menyerah.
Rabu, 03 September 2025 10:44 WIB Jurnalis - Nurfahmi Budi Prasetyo

Jakarta, Gesuri.id - Berita wafatnya Fikri Thalib datang bagaikan petir di siang bolong. Hati saya terguncang. Air mata tak kuasa tertahan ketika kabar itu saya terima. Bagi sebagian orang, nama Fikri mungkin tak pernah muncul di layar televisi, tak menghiasi halaman depan surat kabar, apalagi menjadi trending topic di media sosial. Namun, bagi kami, aktivis yang pernah menghirup udara perjuangan di era 1980-an, sosoknya adalah obor kecil yang tak pernah padam, meski ditiup angin badai rezim Orde Baru.

Fikri Thalib adalah difabel. Kekurangan fisik tidak pernah ia jadikan alasan untuk berhenti, apalagi menyerah. Justru dari tubuh yang penuh keterbatasan itulah terpancar keberanian, keteguhan, dan ketulusan. Ia mengajarkan kepada kami bahwa perjuangan tidak ditentukan oleh seberapa sempurna fisik, melainkan oleh seberapa ikhlas hati dan seberapa kuat tekad untuk melawan ketidakadilan.

Saya satu almamater dengan Fikri di Universitas Pancasila, Jakarta. Dari bangku kuliah itulah saya mengenalnya lebih dekat. Di antara hiruk pikuk mahasiswa yang bergelut dengan idealisme dan romantika pergerakan, Fikri selalu hadir dengan semangat yang membara.

Kami sama-sama pernah berada dalam lingkaran aktivis Pijar, sebuah kelompok perlawanan terhadap kesewenang-wenangan Orde Baru. Di masa ketika suara rakyat dibungkam, dan kritik terhadap kekuasaan dianggap ancaman, Fikri berdiri di garda terdepan. Dengan tubuh yang rapuh tapi jiwa yang kokoh, ia membuktikan bahwa keberanian tak mengenal bentuk fisik.

Ketika banyak orang memilih diam karena takut, Fikri justru maju. Ketika banyak mahasiswa mundur karena tekanan, ia bertahan. Ia selalu hadir di ruang diskusi, di jalanan, di balik spanduk perlawanan, meski tubuhnya sering kali tampak letih. Baginya, diam adalah pengkhianatan terhadap nurani.

Baca juga :