Jenghis Khan, Konsepsi Kekuatan Pertahanan Pemimpin Nasional

Oleh: Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Hasto Kristiyanto.
Minggu, 17 April 2022 13:48 WIB Jurnalis - Hasto Kristiyanto

Jakarta, Gesuri.id - Dalam pelajaran sejarah, Jenghis Khan sering hanya diperkenalkan sebagai pemimpin yang bisa menyatukan bangsa Mongol. Secara kronologis sejarah mengajarkan tentang keberhasilannya menaklukkan sebagian besar wilayah Asia. Ia merupakan kakek Kubilai Khan. Dengan mewarisi semangatnya, Kubilai Khan berhasil membuat legacy sebagai sosok kaisar dengan wilayah kekuasaan terluas dalam sejarah umat manusia.

Sejarah kalau hanya dilihat secara kronologis seringkali menenggelamkan berbagai catatan kritis yang terkandung secara intrinsik di dalam fenomena historis tersebut, tentang apa dan bagaimana makna di balik setiap peristiwa sejarah. Sejarah pun hanya sebatas menjadi hafalan kejadian masa lampau, dan dilupakan relevansinya dengan masa kini dan masa yang akan datang.

Baca:Politik Mobilisasi, Manuver Kaum Elit yang Perlu Pertobatan

Bagi Sukarno, sejarah adalah pelajaran kehidupan. Sejarah harus dilihat secara kritis untuk menanyakan segala hal ikhwal terkait dengan apa yang melatar-belakangi setiap peristiwa dan bagaimana dampaknya bagi masa depan. Bagi Sukarno, Jenghis Khan menjadi salah satu sumber pengetahuan geopolitik. Jenghis Khan-lah yang ikut membentuk kesadaran Sukarno terhadap pentingnya kajian teoretik tentang aspek teritorial, politik dan kekuatan militer di dalam integrasi konsepsi geopolitiknya.

Sukarno mengibaratkan belajar dengan Jenghis Khan bagaikan proses memahami makna school of life, sekolah kehidupan. Sebab Jenghis Khan digembleng oleh alam. Dia menyadari kondisi tanah airnya, dan di dalam membangun masa depan bagi bangsanya, Jenghis Khan memulai tekadnya dengan menyatukan Mongolia Raya.

Baca juga :