SEBELUM booming diskusi di media sosial yang terjadi dalam kurun beberapa tahun terakhir ini, pakar komunikasi Mc Luhan sudah memperkenalkan konsep global village di tahun 1959. Lewat global village, akan memudahkan seseorang untuk mengetahui informasi individu lainnya yang bersifat pribadi dengan bantuan teknologi internet. Dan tepat di tahun ini, atau 58 tahun kemudian konsep itu terwujud. Global village kian terwujud nyara berkat kehadiran teknologi di era digital seperti sekarang ini (Griffin, 2015:320-323).
Sejak ditemukannya versi Web 2.0, media sosial mengalami perkembangan kemajuan yang sangat signifikan. Diawali dengan kemunculan friendster, berlanjut kepada BBM, teknologi internet terus melakukan transformasi komunikasi peradaban secara cepat. Berbagai platform baru media sosial bermunculan seperti google, facebook, twitter, lindkedin, my space, periscope, snapchat hingga yang terbaru telegram. Kehadiran media sosial semakin deras manakala perangkat teknologi komunikasi dengan jaringan internet seperti Iphon, Samsung, Vivo, Xiami dan sebagainya turut mempercepat penyebaran media sosial hingga ke segenap lapisan masyarakat.
Kondisi ini pada akhirnya turut mempengaruhi interaksi antar manusia sehingga pola komunikasi antar manusia menjadi terdesentralisasi dan lebih demokratis jika dibandingkan dengan zaman dimana teknologi komunikasi belum canggih seperti saat ini (Severin Tankard, 2007:4445). Masifnya serbuan media sosial tersebut pada akhirnya ikut melahirkan generasi baru yaitu generasi milenial. Generasi ini cenderung menggunakan media sosial untuk mencari informasi sebagai sarana hiburan, belajar dan alat untuk memperluas jaringan perteemanan (Heru Dwi Wahana, 2015:15). Ponsel pintar menjadi perangkat yang kini memiliki hubungan sangat erat dengan kehidupan manusia sehari-harinya. Tak aneh, alat ini kemudian menjadi alat bantu untuk mendukung berbagai aktivitas dan hobi, sampai dengan bisnis.
Lembaga riset pasar teknologi Gartner merilis bahwa pada kuartal pertama tahun 2017, pertumbuhan pasar smartphone secara global sebesar 9,1 persen. Pertumbuhan itu dilaporkan digerakkan oleh tiga produsen ponsel China, yakni Huawei, Oppo, dan Vivo. Sampai dengan kuartal pertama tersebut sudah sebanyak 380 juta unit ponsel terjual. Adapun ketiga produsen ponsel itu menguasai hampir seperempat penjualan sebesar 24 persen, meningkat 7 persen dari tahun ke tahun.
Berdasarkan pada peringkat penjualan smartphone secara global di kuartal pertama tersebut Samsung masih menempati urutan teratas dengan penjualan Samsung sebanyak 78,6 juta unit (20,7 persen), berikutnya diikuti oleh Apple sebanyak 51,9 juta unit (13,7 persen), Huawei dengan 34,1 juta unit (9 persen), Oppo sebanyak 30,9 juta unit (8,1 persen), Vivo dengan 25,8 juta unit (6,8 persen) dan lain-lain sebanyak 158,3 juta unit (41,7 persen). Membanjirnya smartphone di pasaran tersebut ikut pula mengubah kebiasaan berkomunikasi di era milenial.