Jakarta, Gesuri.id - Politisi PDI Perjuangan Aceh, Masady Manggeng, mengatakan di tanah Aceh Barat Daya kita menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana wajah korporasi sesungguhnya.
Mereka datang dengan pakaian rapi, bicara tentang investasi, pembangunan daerah, dan lapangan kerja. Tapi setelah mereka pergi, yang tertinggal bukan kesejahteraan, melainkan luka ekologis: hutan gundul, tanah retak, sungai tercemar, dan rakyat yang makin miskin.
Sawit menelan kampung-kampung. Tambang merobek perut bumi. Lahan adat berubah jadi sertifikat perusahaan. Sungai yang dulu jernih, kini keruh oleh limbah. Hutan yang dulu penuh kehidupan, kini sunyi oleh deru mesin. Dan di tengah semua itu, rakyat dibiarkan sendirian, melawan modal yang tak terkalahkan.
Apakah kita rela hanya menjadi penonton? Apakah kita akan diam ketika generasi mendatang hanya mewarisi lubang tambang dan lahan kritis?