Pelembagaan Makna Gotong Royong

Oleh: Pendiri Kaukus Pancasila dan Ketua DPP Alumni GMNI, Fraksi PDI Perjuangan DPR RI 2014-2019, Eva Kusuma Sundari.
Minggu, 07 Juni 2020 11:05 WIB Jurnalis - Heru Guntoro

Jakarta, Gesuri.id - Saat terjadi darurat bencana dan pandemi covid-19 membangun solidaritas dan kesetiakawanan di masyarakat. Banyak Inisiatif spontan bermunculan seperti dapur umum, penggalangan dana, pembagian sembako, penampungan dan sebagainya. Mobilisasi bantuan tenaga, penggalangan dana, barang. Pancasila tiba-tiba bangun dan hadir. Hanya temporer?

Banyak keluhan bahwa setiap situasi darurat selesai, masyarakat kembali hidup dengan saling mengabaikan dan sikap egoistis kembali diperlihatkan. Kompetisi, monopoli, menang sendiri dan sebanyak-banyaknya, politik transaksional layaknya hukum rimba, yang kuat yang menang sebagaimana saat situasi kembali normal.

Kita harus sudahi praktek yang demikian di masa New Normal yang sebenarnya perpanjangan masa darurat. Virus masih ada, tapi cara hidup masih mengikuti masa pandemi. Maka, mari kita lanjutkan sikap saling peduli, pemurah, berbagi, kesukarelawanan dan saling tolong menolong karena kita ingin mempertahankan nyawa bersama.

Satu orang terkena virus maka resikonya menular ke tetangga, komunitas, bahkan lintas wilayah jika orang tersebut bepergian. Tidak ada pilihan kecuali bergotong royong saling menjaga agar jangan ada yang terpapar virus. Barjibarbeh, tertular satu terkena semuanya.

Menyitir Bung Karno, gotong-royong dikatakan sebagai pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, perjuangan bantu-binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua.

Baca juga :