Politik Mobilisasi, Manuver Kaum Elit yang Perlu Pertobatan

Oleh: Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Hasto Kristiyanto.
Senin, 11 April 2022 04:00 WIB Jurnalis - Hasto Kristiyanto

Jakarta, Gesuri.id - Dalam berbagai arahan tentang bagaimana ideologi Pancasila dibumikan, Megawati Soekarnoputri selalu mengingatkan hal sederhana, turun dan rasakanlah kehidupan rakyat. Rasakan dengan seluruh panca indra penuh empati. Disitulah makna sebenarnya kehidupan rakyat dapat dimengerti. Ia tercermin dalam keseluruhan perasaan, mimpi, dan harapan, bahkan terhadap hal yang tidak disuarakan sekalipun tentunya akan mampu didengarkan oleh mata hati seorang pemimpin.

Suara yang tidak terdengar itulah yang dipahami Bung Karno sebagai amanat penderitaan rakyat. Sejak kecil Soekarno digembleng dengan nilai-nilai Tat Twam Asi, aku adalah engkau. Tat Twam Asi ini bergema sebagai gerak kemanusiaan untuk mencintai sesamanya. Dari ayahnya Raden Soekemi Sastrodihardjo, seorang theosof, Soekarno merasakan getaran seluruh panca indranya ketika bersentuhan dengan alam semesta seisinya.

BacaSekjen Hasto: Demonstrasi Mahasiswa Jangan Salah Alamat

Berbagai puisi yang dibuatnya selama masa pembuangan di Ende menggambarkan hal tersebut. Ia bisa merasakan deburan ombak di pantai sebagai gelora semangat Indonesia merdeka. Ia bisa merasakan nafas Indonesia dengan menghirup udara kehidupan yang masuk dalam dirinya.

Gelora semangat Bung Karno tidak pernah habis. Gelora ini menjadi energi juang. Dalam berbagai pernyataannya, Bung Karno sering menceritakan bagaimana energi ini dinyalakan sejak kecil melalui ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai dengan cerita kepahlawanan para Satria Pandawa. Semua melekat membentuk gambaran tugas satria melawan berbagai bentuk angkara murka.

Baca juga :