Jakarta, Gesuri.id - Setiap lingkungan (RT/RW, komplek perumahan, pekan pasar, atau kampung) adalah miniatur Indonesia. Di sinilah berbagai suku, agama, budaya, dan bahasa bertemu. Kerukunan bukan hanya soal tidak bertengkar, tapi soal saling menghargai, saling memahami, dan saling bersinergi.
Di tengah keragaman yang menjadi ciri khas bangsa ini dengan lebih dari 1.300 suku dan enam agama resmi kerukunan bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan mendesak.
Kerukunan mencegah konflik kecil yang bisa membesar menjadi retak sosial, memperkuat rasa aman, dan menciptakan ruang di mana setiap orang merasa dihargai, apa pun latar belakangnya. Seperti yang ditekankan dalam Pancasila, khususnya Sila Kedua tentang Persatuan Indonesia, kerukunan adalah wujud nyata dari Bhinneka Tunggal Ika berbeda-beda tetapi satu jua, ungkap Anggota MPR RI Fraksi PDI Perjuangan Putra Nababan, Minggu (2/11).
Kerukunan menjadi begitu krusial, ia menjaga stabilitas sosial di level terkecil RT dan RW sehingga konflik tak menyebar ke masyarakat luas. Di Indonesia, di mana 87% penduduk beragama Islam tapi mayoritas daerah adalah multikultural, ketidakrukunan bisa memicu isu sensitif seperti intoleransi atau bahkan kekerasan.