Jakarta, Gesuri.id -Wakil Ketua Komisi lI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Aria Bima, menegaskan pentingnya penulisan sejarah yang jujur dan berintegritas, bebas dari kepentingan pragmatis politik. Hal tersebut disampaikannya dalam sebuah forum refleksi kebangsaan yang membahas urgensi pelurusan narasi sejarah Indonesia, terutama menjelang rencana peluncuran buku sejarah nasional versi baru oleh pemerintah pada Agustus 2025.
Menurut Aria Bima, sejarah sejatinya bukan sekadar rangkaian peristiwa, tanggal, dan nama-nama tokoh. Lebih dari itu, sejarah merupakan cermin kolektif perjalanan bangsa yang mencerminkan nurani, arah moral, serta nilai-nilai luhur yang membentuk identitas Indonesia saat ini.
Sejarah pada hakikatnya adalah catatan kolektif bangsa tentang peristiwa perjuangan dan perubahan sosial yang membentuk siapa kita hari ini. Ia tak sekedar susunan tanggal dan nama, tapi juga jendela nurani yang memancarkan nilai dan arah moral bangsa, kata Aria Bima, dikutip pada Selasa (24/6/2025).
Ia menilai bahwa sejarah yang ideal adalah sejarah yang ditulis berdasarkan fakta-fakta objektif. Namun dalam kenyataannya, sejarah Indonesia sering kali tidak steril dari intervensi kekuasaan yang menulisnya sesuai dengan kepentingan dominan pada zamannya.
Kita tahu sejarah idealnya ditulis berdasarkan fakta, tapi kita juga paham penulisan sejarah sering tak seteril dari tendensi kekuasaan di masa lalu. Sejarah ditulis dari logi untuk melanggengkan kepentingan penjajah. Saat orde baru, sejarah dibingkai demi pembenaran kekuasaan, bukan demi kebenaran, jelasnya.