Demokrasi Kolaps dan Presiden Leluasa Cawe-Cawe karena Masyarakat Sipil Lemah

Disebabkan amburadulnya pelaksanaan Pemilu 2024 karena kuatnya indikasi rekayasa yang dilakukan pemerintah
Kamis, 04 April 2024 22:35 WIB Jurnalis - Effatha Gloria V.G. Tamburian

Jakarta, Gesuri.id - Demokrasi di Indonesia sudah tidak lagi bisa disebut sebagaiflawed democracy(demokrasi cacat) seperti versi Economist Intelligence Unit (EIU). Karena Indonesia dinilai telah menjadidemocratic autoritarian state,bahkan mengarah padafailed statedalam hal komitmen pada pelaksanaan demokrasi.

Hal ini disebabkan amburadulnya pelaksanaan Pemilu 2024 karena kuatnya indikasi rekayasa yang dilakukan pemerintah untuk memenangkan pasangan calon tertentu. Dalam hal ini dugaan keterlibatan Presiden Joko Widodo dalam memenangkan anaknya, Gibran Rakabuming Raka, yang berpasangan dengan Prabowo Subianto.

Demokrasi Indonesia pun hanya sebatas prosedural semata tapi sejatinya sudah menjadi negara otoriter atau negara otoriter berbulu demokrasi karena lumpuhnya masyarakat sipil.

Demokrasi sekarang menjadi kolaps gara-gara masyarakat sipil lemah, kemudian berhasil dikontrol oleh negara dan oleh masyarakat politik, jelas pengamat politik senior Muhammad AS Hikam,Jumat (29/3/2024).

Akademisi President University tidak menampik jumlah masyarakat sipil, civil society, atau LSM saat ini sangat banyak bahkan mencapai 50-an ribu, jauh di atas pada masa Orde Baru. Tetapi tidak mempunyai kekuatan dan bergaining saat berhadapan dengan masyarakat politik apalagi negara.

Baca juga :