Jakarta, Gesuri.id PDI Perjuangan menegaskan perlawanan terhadap kepemimpinan otoriter melalui simbol budaya. Dalam peringatan Hari Wayang Nasional di Kompleks Masjid At-Taufiq, Jakarta Selatan, Jumat (7/11), DPP PDI Perjuangan menampilkan lakon Bima Labuh yang menggambarkan tirani Prabu Boko sosok raja zalim, tamak, dan menindas rakyatnya.
Ketua DPP PDI Perjuangan, Djarot Saiful Hidayat, menegaskan kisah wayang ini bukan sekadar hiburan, melainkan refleksi atas bahaya kekuasaan yang dijalankan secara fasis dan sewenang-wenang.
Pemimpin yang zalim, serakah, tamak, dan menghalalkan segala cara untuk melanggengkan kekuasaan itulah pemimpin yang harus dilawan, ujar Djarot lantang.
Menurutnya, lakon Bima Labuh mengajarkan pertarungan abadi antara dharma dan adharma antara kebenaran dan kebatilan. Sosok Bima, yang digambarkan jujur, tegas, dan berpihak kepada rakyat, menjadi simbol perlawanan terhadap tirani seperti Prabu Boko, raja Ekocokro yang menindas rakyat lewat pajak berat dan kebijakan semena-mena.
Wayang ini bukan hanya tontonan, tapi juga tuntunan. Ia mengandung filsafat, pendidikan moral, dan keteladanan, lanjut Djarot.