Banjir Sumatera dan Komitmen Keberlanjutan

Oleh: Mahasiswa Doktoral Ilmu Manajemen, Universitas Sumatera Utara/ Anggota DPR RI, Marinus Gea.
Senin, 08 Desember 2025 17:46 WIB Jurnalis - Heru Guntoro

Jakarta, Gesuri.id - Indonesia kembali berduka, banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, serta Sumatera Barat telah menewaskan 914 jiwa, melukai lebih dari 4.200 orang, dan menyebabkan 835 ribu warga mengungsi di 50 kabupaten/kota.

Bencana ini disebabkan curah hujan ekstrem hingga 300 mm/hari ditambah siklon tropis Senyar. Bencana alam ini menjadi yang paling mematikan sejak tsunami Sulawesi 2018, dengan kerusakan masif pada 3,5 ribu rumah, 271 jembatan, serta 31 rumah sakit dan 156 puskesmas.

Tragedi ini bukan semata musibah alam, melainkan akumulasi kelalaian manusia yang memperburuk kerentanan ekologis wilayah.

Menurut Data Kementerian kehutanan yang dipaparkan oleh Menhut Raja Juli di Komisi IV DPR RI, sejak tahun 2020 hingga September 2025 luas deforestasi Indonesia mencapai 905.700 hektar are (Ha). Dalam lima tahun terakhir deforestasi di Aceh meningkat sebesar 426,59% (10.100 Ha), Sumatera Utara 398.13% (4.909 Ha), dan Sumatera Barat sebesar 637,08% (4.931 Ha).

Walhi mengungkapkan, selama periode 2016 hingga 2025, seluas 1,4 juta Ha hutan di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat telah terdeforestasi akibat aktivitas 631 perusahaan pemegang izin tambang, HGU sawit, PBPH, geotermal, izin PLTA dan PLTM. Menteri Kehutanan sudah menyatakan akan mengevaluasi izin penggunaan lahan dan pengelolaan hutan.

Baca juga :