PDI Perjuangan & NU Menara Kembar NKRI

PDI Perjuangan konsisten menerapkan nilai-nilai pembebasan yang dicetuskan Bung Karno.
Selasa, 09 Januari 2024 19:01 WIB Jurnalis - Heru Guntoro

Jakarta, Gesuri.id - Salah satu kesan paling kuat bagi saya pribadi yang berlatar-belakang santri tentang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDI Perjuanganadalah anggapan bahwa ini bukan wadah yang pas buat umat Islam dan kaum santri. Masa kecil saya di Sumatera memberi kesan kuat kepada saya bahwa PDI Perjuaganadalah partainya preman, orang Batak dan orang Kristen. Tidak lebih. Namun seiring pergaulan yang kian luas dan bertambahnya wawasan dan pengetahuan, saya baru sadar bahwa kesan itu tidak sepenuhnya benar.

Ketika hijrah ke Jakarta, saya tahu ada banyak kaum santri yang mulai berkecimpung di PDI Perjuanganyang didominasi kaum abangan, dan sejak tahun 2007 pun PDI Perjuangantelah membentuk sebuah wadah yang dapat menampung kaum santri untuk berkiprah dengan nama Baitul Muslimin Indonesia (BMI). Beberapa kawan saya aktif berkiprah di sana dan saya baru paham bahwa PDI Perjuangantak sepenuhnya berisi kaum merah, tapi juga mulai memberi polesan warna hijau kaum santri pada kanvas kebangsaannya.

Baca:Mengulik Gaya Kepemimpinan TransformasionalGanjarPranowo

Dengan begitu saya mendapat pemahaman baru kalau PDI Perjuangan bukanlah partai yang sepenuhnya antipati terhadap aspirasi Islam sebagaimana anggapan banyak, tapi merupakan partai nasionalis ideologis yang sangat nyaman bergaul dengan kalangan santri, terutama dari kaum tradisionalis. Dan tatkala membaca sejarah perpolitikan Indonesia, aliansi antara kalangan nasionalis ideologis dan kaum tradisionalis Islam itu bukanlah hal baru. Koalisi kalangan nasionalis dengan kaum modernis Islam memang tak selalu berlangsung mulus, namun dengan kaum tradisionalis dari lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) tampaknya cukup harmonis.

Baca juga :