Tragedi 27 Juli 1996: "Cawe-cawe" Soeharto dan Pelanggaran HAM Berat

Oleh: Politisi PDI Perjuangan, Mohamad Guntur Romli. 
Jum'at, 26 Juli 2024 15:17 WIB Jurnalis - Heru Guntoro

Politik Cawe-cawe Soeharto dan Jokowi -Penyerangan Bukan Kerusuhan -Jumlah Korban dan Kegagalan Negara -Investor Asing dan Donor Luar Negeri di Balik Represi Orde Baru -Kilas Balik Gus Dur dan Megawati Melawan Soeharto -Ketakutan Soeharto pada Megawati -Kudatuli sebagai Tonggak Reformasi -Jokowi Si Malin Kundang: Soerjadi atau Soeharto?

Jakarta, Gesuri.id - Tragedi penyerangan kantor DPP PDI pada 27 Juli 1996 adalah fakta sejarah tentang politik cawe-cawe Soeharto dan Orde Baru dalam bentuknya yang paling brutal terhadap partai politik dan kelompok oposisi pro demokrasi yang bisa dikategorikan sebagai pelanggaran HAM berat.

Ironisnya, meskipun Soeharto dan Orde Baru telah jatuh, hingga saat ini, Peristiwa 27 Juli 1996 belum diakui oleh Negara sebagai pelanggaran HAM berat. Padahal sudah banyak tuntutan dan penyelidikan selama bertahun-tahun. Peringatan 27 Juli tahun 2024 akan terhitung 28 tahun.

Karena itu bukan hal yang aneh kalau politik cawe-cawe masih dilanjutkan Jokowi. Istilah cawe-cawe muncul dari mulut Jokowi sendiri.

Bagaimana Pemerintah mau jera dan bertaubat melakukan cawe-cawe, kalau pelanggaran HAM berat dari Peristiwa 27 Juli 1996 saja tidak diakui dan ditindak secara serius?

Baca juga :