Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi XI DPR RI, Harris Turino, menyoroti sejumlah aspek penting dalam Rencana Anggaran Tahunan Bank Indonesia (RATBI) Tahun 2026.
Ia menilai terdapat deviasi yang cukup besar antara perencanaan dan realisasi anggaran BI dalam dua tahun terakhir, serta mempertanyakan dasar proyeksi kenaikan penerimaan kebijakan di tengah tren penurunan suku bunga global.
Baca:GanjarAjak Kader Banteng NTB Selalu Introspeksi Diri
Dalam dua tahun terakhir, BI merencanakan defisit, tapi ternyata realisasinya surplus besar. Deviasinya tinggi sekali. Apakah ini disengaja untuk memberi buffer bagi Bank Indonesia, sehingga surplusnya besar? Kenapa konsistensi antara ATBI dan realisasi begitu rendah? tanya Harris dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR RI dengan Gubernur Bank Indonesia beserta jajaran, di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Rabu (12/11/2025).
Lebih lanjut, Harris juga menyoroti proyeksi kenaikan penerimaan kebijakan yang dinilai tidak selaras dengan asumsi makro yang disampaikan BI. Menurutnya, di tengah tren penurunan yield US Treasury dan penguatan nilai tukar Rupiah di kisaran Rp16.430 per dolar AS, proyeksi tersebut menimbulkan pertanyaan besar.