Totok Hedi Santosa Kritisi Stigma Pekerja Migran Indonesia Sebagai 'Pembantu'

Totok mengritisi cara berpikir umum yang mengasosiasikan tenaga kerja Indonesia di luar negeri sebagai 'pembantu'.
Senin, 26 Mei 2025 10:00 WIB Jurnalis - Effatha Gloria V.G. Tamburian

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Badan Aspirasi Masyarakat (BAM) DPR RI, Totok Hedi Santosa, menyoroti stigma lama terhadap pekerja migran Indonesia yang kini dinilai masih melekat umum di kalangan masyarakat luas. Sebab itu, ia mendesak negara agar lebih terlibat dalam merawat eks pekerja migran yang telah kembali dengan proaktif membentuk kelas menengah baru.

Totok mengritisi cara berpikir umum yang mengasosiasikan tenaga kerja Indonesia di luar negeri sebagai pembantu. Menurutnya, persepsi ini perlu diubah karena banyak pekerja migran Indonesia yang memiliki keterampilan, kecerdasan, dan potensi besar yang belum mendapat kesempatan.

Ini persoalan asosiasi berpikir kita. Kalau bicara tenaga kerja Indonesia, asosiasinya langsung pembantu. Padahal banyak dari mereka punya keterampilan dan kemampuan yang tinggi, ujar Totok kepada Parlementaria di sela-sela agenda Kunjungan Kerja Spesifik BAM DPR RI ke Kantor Gubernur Provinsi Jawa Timur, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, Kamis (22/5/2025).

Tidak henti, ia menceritakan sejarah migrasi tenaga kerja Indonesia yang awalnya hanya mengikuti keluarga kaya lokal sebagai pekerja rumah tangga tanpa upah di era 60-an, lalu perlahan berubah menjadi pencari nafkah ke kota besar dan luar negeri sejak tahun 70-an. Lalu, jelasnya, kini muncul fenomena baru, yaitu eks pekerja migran yang pulang dengan modal dan membentuk koperasi atau usaha mandiri.

Totok melihat ini sebagai peluang besar jika negara hadir memberikan dukungan berkelanjutan.

Baca juga :