Anwar Saragih: Banjir di Sumatera Bukan Lagi Bencana Alam, tetapi Bencana Ekologis akibat Kebijakan Lama

Fujiko F. Fujio dalam komik Doraemon tahun 1969, tentang kerusakan lingkungan akibat ulah manusia: kini sedang benar-benar terjadi.
Rabu, 10 Desember 2025 00:37 WIB Jurnalis - Nurfahmi Budi Prasetyo

Jakarta, Gesuri.id Peneliti Lingkungan Hidup Anwar Saragih menegaskan bahwa banjir besar yang melanda Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat belakangan ini bukan lagi dapat dikategorikan sebagai bencana alam, melainkan bencana ekologis. Hal itu ia sampaikan dalam Seminar Nasional Hari Antikorupsi Sedunia di Sekolah Partai DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Selasa (9/12).

Anwar mengawali presentasinya dengan menyebutkan bahwa apa yang diprediksi Fujiko F. Fujio dalam komik Doraemon tahun 1969, tentang kerusakan lingkungan akibat ulah manusia: kini sedang benar-benar terjadi. Kepunahan, perubahan iklim, dan kerusakan ekologi bukan lagi fiksi. Kita sedang mengalaminya, ungkapnya.

Menurut Anwar, 18 dari 33 kabupaten/kota di Sumatera Utara kini rutin mengalami banjir dan longsor. Kawasan penting seperti Taman Nasional Gunung Leuser, yang merupakan satu-satunya habitat alami tempat badak, gajah, harimau, dan orangutan hidup berdampingan, mengalami kerusakan serius.

Seperlima hutan di Kabupaten Langkat rusak akibat perkebunan, alih fungsi lahan, dan aktivitas ilegal. Kerusakan di Leuser itu menjalar hingga mempengaruhi banjir di Langkat, Binjai, dan Karo, jelasnya.

Ia juga menyoroti banjir di Kota Medan yang tidak dapat dipisahkan dari kerusakan hulu Sungai Deli di Kabupaten Karo dan Simalungun. Sementara banjir di kawasan Mandailing Natal dan ekosistem Batang Toru menunjukkan pola kerusakan yang sama.

Baca juga :