Bersatu Dalam Rampak Barisan Mencegah Radikalisme

Oleh: Dr. Harris Turino, Politisi PDI Perjuangan dan Doctor in Stratejik Manajemen.
Selasa, 08 Desember 2020 07:47 WIB Jurnalis - Effatha Gloria V.G. Tamburian

Jakarta, Gesuri.id - Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah merebaknya aksi terorisme yang seakan tidak pernah berhenti setidaknya dalam empat tahun terakhir. Diawali dengan aksi pengeboman dan baku tembak di Plasa Sarinah pada tahun 2016, peledakan bom di beberapa gereja seperti Gereja Katholik SantoYosep di Medan dan Gereja Oikumene di Samarinda, bom bunuh diri di Gereja di Surabaya, penyerangan beberapa markas Kepolisian di Surakarta, Surabaya, Riau dan Kalimantan Selatan, tragedi kerusuhan berdarah di Mako Brimob, penusukan Menkopolhukam di Pandeglang, sampai yang terbaru yaitu pemenggalan 4 orang anggota gereja di Sigi Sulawesi Selatan.

Ya dipenggal dalam arti harafiah, yaitu dipisahkan kepala dari badannya di tengah beberapa orang yang menyaksikan. Jelas ini adalah sebuah kebiadaban yang sulit diterima oleh akal sehat. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara yang paling efektif untuk menghentikan semua ini. Untuk bisa menjawabnya tentu kita perlu menelusuri lebih dahulu akar permasalahan yang ada.

Radikalisme berawal dari faham fundamentalisme yang menganut konsep kebenaran tunggal. Ini muncul akibat adanya sekelompok orang yang kehilangan daya nalar yang kemudian memonopoli arti kebenaran dan menghakimi semua orang yang tidak sepaham dengan aliran pemikiran mereka yang monolitik. Jika sekedar merasa yang paling benar dan tanpa menghukum pihak lain, sebenarnya tidak terlalu berbahaya.

Bahaya baru akan muncul bilamana ada orang yang mengatasnamakan Tuhan, bahkan bertindak melebihi Tuhan itu sendiri, lalu merasa berhak untuk menghukum dan membinasakan orang yang memiliki keyakinan yang berbeda. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, bahkan di negeri seperti Amerikapun fundamentalisme bisa tumbuh dan berkembang.

Dalam banyak kasus, fundamentalisme juga sering muncul akibat kegagalan sekelompok orang dalam menghadapi arus modernitas dan globalisasi yang dinilai malahan menyudutkan kehidupan mereka. Ketidak berdayaan ini membuat mereka mencari dalil untuk menghibur diri dalam sebuah dunia yang dibayangkan belum tercemar. Lalu mereka menyusun kekuatan politik dan sosial untuk melawan modernitas dan globalisasi itu melalui berbagai cara, termasuk menggunakan kekerasan yang sering melewati batas-batas kemanusiaan.

Baca juga :