Dikotomi Perlindungan Kesehatan vs Pertumbuhan Ekonomi?

Oleh: Dr. Harris Turino, Politisi PDI Perjuangan yang juga Doctor in Strategic Management.
Jum'at, 18 September 2020 19:33 WIB Jurnalis - Effatha Gloria V.G. Tamburian

Jakarta, Gesuri.id - Dalam menghadapi pandemi Covid-19 banyak pihak yang beranggapan bahwa terdapat dikotomi antara perlindungan kesehatan dan pertumbuhan ekonomi. Negara-negara yang mampu menangani pandemi dengan baik, diyakini pertumbuhan ekonominya akan mengalami kehancuran.

Sebaliknya negara yang fokus pada mempertahankan pertumbuhan ekonomi, akan dibayar dengan tingkat kematian yang tinggi akibat pandemi Covid-19.

Satu contoh yang sering diangkat adalah keberhasilan penanganan Covid-19 di Singapura. Jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Singapura per tanggal 17 September 2020 adalah 57.488 orang dengan tingkat kematian hanya 27 orang.

Keberhasilan Singapura dalam mengendalikan angka kematian akibat Covid-19 ini dibayar mahal dengan pertumbuhan ekonomi yang minus 2,2% pada kuartal pertama dan minus 41,2% pada kuartal kedua tahun 2020.

Ini adalah pertumbuhan ekonomi terparah yang dialami negara tersebut sejak merdeka tahun 1965. Dari data ini kemudian disimpulkan bahwa memang ada trade-off antara penanganan pandemi Covid-19 dengan pertumbuhan ekonomi.

Baca juga :