Pendidikan, Riset, dan Kemajuan Bangsa

Oleh: Rokhmin Dahuri, Ketua DPP PDI Perjuangan, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
Jum'at, 28 Mei 2021 00:08 WIB Jurnalis - Effatha Gloria V.G. Tamburian

Jakarta, Gesuri.id - Sejarah dan fakta empiris membuktikan, bahwa sejak Kejayaan Romawi hingga sekarang, bangsa-bangsa yang maju, makmur, dan berdaulat adalah mereka yang menguasai IPTEK dan mampu menghasilkan inovasi secara berkelanjutan. Bukan negara yang melimpah kekayaan SDA-nya. Kemudian, penguasaan IPTEK dan kemampuan berinovasi sangat bergantung pada kapasitas riset dan kualitas SDM dari suatu bangsa.

Sayangnya, semua Indikator Kinerja Utama bangsa Indonesia yang terkait dengan IPTEK, inovasi, dan SDM hingga kini masih rendah.
Kapasitas IPTEK Indonesia baru mencapai kelas-3 (technology-adaptor country), dimana lebih dari 70 persen kebutuhan teknologi nasional berasal dari impor. Sedangkan, negara maju adalah yang kapasitas IPTEK nya kelas-1 (technology-innovator country), yang lebih dari 70 persen kebutuhan teknologinya dihasilkan oleh bangsa sendiri (UNESCO, 2019).

Kapasitas inovasi kita menempati peringkat-85 dari 126 negara yang disurvei, dan pada urutan-7 di ASEAN. Kualitas SDM Indonesia yang tercermin pada IPM (Indeks Pembangunan Manusia) pun baru mencapai 0,71, belum memenuhi syarat sebagai bangsa maju dengan IPM di atas 0,8. Pada tataran global, IPM Indonesia berada di peringkat-107 dari 189 negara yang disurvei, dan ke-6 di kawasan ASEAN.

Selain itu, kemampuan literasi kita masih sangat rendah, tercermin pada indeks minat baca yang hanya 0,001. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, hanya satu orang yang rajin membaca (UNESCO, 2012). Hasil survei PISA yang mengukur kemampuan Membaca, Matematika, dan Sains pelajar kelas-3 SLTP di seluruh dunia, mengungkapkan bahwa pada 2018 dari 78 negara yang disurvei, Indonesia hanya menempati peringkat-72.

Meskipun, berdasarkan bidang keilmuan (Fakultas) yang mencakup pertanian, kehutanan, dan perikanan; IPB-University sudah mencapai peringkat-62 dunia. Namun, secara kelembagaan, dari 4.500 Perguruan Tinggi Indonesia, belum ada satu pun yang masuk dalam 100 Perguruan Tinggi terbaik di dunia.

Baca juga :