Puan & Simbolisasi Politik Jadi Sopir Pimpinan DPR

Puan seperti ingin menunjukkan kepada rakyat Indonesia: supremasi kaum lelaki atas dunia politik juga bisa diimbangi kaum hawa
Selasa, 08 Oktober 2019 23:44 WIB Jurnalis - Nurfahmi Budi Prasetyo

PEREMPUAN menyetir sudah biasa. Tapi kalau Ketua DPR RI Puan Maharani menyetir untuk ketiga koleganya di Pimpinan DPR: Aziz Syamsuddin, Rachmat Gobel dan Sufmi Dasco Ahmad bisa jadi ada sebuah pesan dan simbol politik yang tersirat.

Tentu saja, seorang Puan Maharani, politisi PDI Perjuangan yang mencetak sejarah sebagai perempuan pertama dan termuda yang memimpin lembaga sekelas DPR merupakan sebuah lompatan peradaban demokrasi yang luar biasa bagi bangsa ini.

Sejak lahir 12 hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (29 Agustus 1945), di awal berdirinya, DPR bernama Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).

Kembali ke soal Puan menyupiri ketiga koleganya yang semuanya kaum lelaki. Secara implisit atau samar-samar, ada pesan politik yang ingin disampaikan: perempuan Indonesia juga bisa menjadi pemimpin lembaga politik terhormat seperti DPR yang merupakan representasi rakyat Indonesia karena dipilih langsung oleh rakyat dan memiliki kewenangan serta tupoksi yang luar biasa besar.

Adegan Puan menyetir siang itu untuk berkeliling Komplek Parlemen bukan spontanitas terjadi begitu saja. Tentu sebagai seorang perempuan, sebagai bangsa dengan tradisi kuat Patriarki, dimana perempuan selalu dimuliakan dan sampai ada istilah ladies first, seharusnya Puan bisa duduk anteng sebagai penumpang.

Baca juga :