WR Supratman Pergi, Musiknya Abadi

Oleh: Anggota DPRD Kota Surabaya dari Fraksi PDI Perjuangan, Eri Irawan.
Jum'at, 14 November 2025 05:44 WIB Jurnalis - Heru Guntoro

Indonesia tanah yang suci, tanah kita yang sakti
Di sanalah aku berdiri njaga ibu sejati
Indonesia tanah berseri, tanah yang aku sayangi
Marilah kita berjanji Indonesia abadi

Jakarta, Gesuri.id - Lirik lagu Indonesia Raya itu bergema pada pagi 10 November 2025, tepat saat Hari Pahlawan, di depan pusara sang penciptanya: Wage Rudolf Supratman. Dibacakan oleh Wakil Ketua DPRD Jatim Deni Wicaksono. Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto tampak begitu mengkhidmati lirik lagu tersebut.

Hasto Kristiyanto mengingatkan, menjadi pahlawan adalah tentang pengorbanan, mendahulukan kepentingan public ketimbang pribadi, siap menjalani laku hidup yang sunyi, bahkan terasing. Kepahlawanan ini salah satunya tampak dari kehidupan WR Supratman yang melawan penjajahan sampai akhir hidupnya. Mungkin tidak dengan angkat senjata, kepalan tangan di udara, atau orasi yang menggelora; melainkan dengan tulisan dan musik. Supratman sadar: yang tertulis dan yang berbunyi punya daya tahan lebih panjang ketimbang umur manusia.

Supratman mungkin adalah pria yang jauh dari imej pejuang kemerdekaan yang bergelut di medan laga. Pria kelahiran 9 Maret 1903 ini, tanggal itu kelak ditetapkan sebagai Hari Musik Nasional, seorang jurnalis dan musisi andal.

Perjalanan bermusik Supratman dimulai kala pindah ke Makassar pada 1914 mengikuti kakaknya, Roekijem, dan kakak iparnya Willem van Eldik. Dia belajar biola pada van Eldik. Setelah enam tahun belajar alat musik gesek itu, dia menggerakkan Black and White Jazz Band, dalam kisah yang dikutip National Geographic dari buku Wage Rudolf Supratman karya Bambang Sularto. Di sana, Supratman popular, terutama di kalangan Belanda karena memang tak banyak orang Indonesia yang lihai bermain biola saat itu.

Baca juga :